Tiga Bahasa Daerah di Kalbar Terancam Punah, Ini Kata Sejarawan dan Budayawan
Dia mengatakan bahasa daerah sebagai bahasa Ibu harus tetap dilestarikan, tapi bukan yang utama.
Penulis: Muzammilul Abrori | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Claudia Liberani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK- Sejarawan dan budayawan, Syafaruddin Usman mengatakan sebuah bahasa
tidak akan punah, yang ada bahasa tersebut akan bermetamorfosis dan berkembang sesuai dengan zaman.
"Untuk di Kalimantan Barat sendiri, saya rasa masih jauh dari kata punah. Percampuran itu memang ada, tapi kan masih tetap digunakan," katanya, Jumat (27/10/2017).
(Baca: Penelitian Tunjukkan Eksistensi Beberapa Bahasa Daerah di Kalimantan Barat Alami Kemunduran )
Menurutnya semua bahasa pasti mengalami percampuran, tapi tidak berarti menandakan suatu bahasa punah karena penuturnya selalu ada dan ada banyak pemerhati budaya yang selalu berupaya melestarikannya.
Dia mengatakan bahasa daerah sebagai bahasa Ibu harus tetap dilestarikan, tapi bukan yang utama.
Karena bahasa utama adalah bahasa Indonesia. Menurutnya cara melestarikan bahasa adalah dengan terus menggunakan bahasa itu, dalam hal ini keluarga menjadi agen penting untuk meneruskan bahasa daerah.
(Baca: Balai Bahasa Dorong Lestarikan Bahasa Daerah )
Selain peran keluarga, kehadiran pemerhati budaya dan lembaga-lembaga khusus yang peduli pada eksistensi bahasa daerah juga sangat penting.
"Balai Bahasa mungkin bisa mendukung dengan membuat kamus bahasa daerah, melakukan sosialisasi yang tidak hanya menyasar kalangan pelajar tapi juga ke masyarakat umum terutama di daerah-daerah," ujarnya.