Mengenang Peristiwa 'Sambas Berdarah' - Heroiknya Tokoh Pejuang Melawan Kolonial Belanda di Sambas

"Namun sangat sedikit yang mengetahui peristiwa dan perjuangan masyarakat Sambas, dari itu upaya menggali fakta sejarah adalah tugas bersama,"ujarnya

Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Dhita Mutiasari
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/TITO RAMADHANI
Tugu Tabrani, monumen bersejarah yang berada di pertigaan Jalan Tabrani Ahmad -Gusti Hamzah dan Jalan Sucitro, Sambas, Jumat (27/10/2017). 

"Hingga nantinya terjadi peristiwa penyerangan tangsi militer Belanda yang terdapat di Kampung Lorong, terjadi pada 10 Januari 1949," ujarnya.

Untuk pengetahuan kita bersama, beberapa peristiwa penting yang terjadi sebelum tanggal 27 Oktober 1945, sebagai puncak gerakan awal penentangan terhadap NICA, yaitu:

13 Oktober 1945, Persatuan Bangsa Indonesia Sambas (PERBIS) dibentuk.

15 Oktober 1945, rapat perdana PERBIS di Tarbiatoel Islam.

17 Oktober 1945, tentara sekutu dan Australia datang memasuki Kota Sambas.

26 Oktober 1945, rombongan M Akir dari Pemanngkat datang dang mengadakan rapat dengan PERBIS di Tarbiatoel Islam.

Kemudian rapat kilat pada pukul 20.00 WIB di rumah H Mashudi di Desa Tumok Sambas.

27 Oktober 1945, pukul 08.00 rapat umum di gedung Bioskop Indonesia Theater.

Pukul 09.00, bendera Australia diganti dengan bendera Belanda di gedung Controler.

Pukul 11.00, bendera Belanda diturunkan dan bendera Merah Putih di naikkan.

Pukul 12.00, pengibaran bendera di Keraton Sambas (Korban; HM Siradj Sood ditembak dan Tabrani Ahmad ditembak, meninggal).

Tokoh-tokoh penting yang terlibat dalam aksi menentang NICA di Sambas, sesungguhnya sangat banyak jumlahnya, dan berasal dari seluruh Sambas.

"Dari daerah Pemangkat di antaranya Urai Bawadi, Daim Harun, termasuk upaya merusak jembatan yang menghubungkan antara Singkawang dan Sambas, yaitu Jembatan Pemangkat (dekat Masjid At-Takwa) oleh Abdul Samad, Mustafa, Matnur, H Badaruddin dan Syaifuddin Jahri, agar menyulitkan tentara NICA masuk ke Sambas," papar Sunandar yang juga Dosen Fakultas Ushuluddin dan Peradaban di IAIS Sambas.

Begitu pula dengan organisasi yang dibentuk, selain PERBIS terdapat pula organisasi lain yang muncul, yaitu Persatuan Muslimin Indonesia Sambas (PERMI).

Lanjut Sunandar, jika digali dari sejarah, maka akan bermunculan fakta sejarah bahwa penjajahan yang dilakukan oleh Kolonial Belanda terjadi di seluruh kepulauan Indonesia.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved