40 Persen Warga Sambas Miliki Tubuh Lebih Pendek dari Standar, Ini Penjelasan Dinas Kesehatan
Berdasarkan hasil survei, hampir 40 persen masyarakat di Sambas mengalami stunting
Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Jamadin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Dinas Kesehatan (Diskes) Sambas menggelar Advokasi dan Sosialisasi Strategi Edukasi Kesehatan dan Gizi Melalui Kemandirian Keluarga Menurunkan Stunting, yang digelar di ruang aula Hotel Sambas Indah, Senin (23/10/2017).
Kegiatan sosialisasi yang dihadiri oleh seluruh SKPD Kabupaten Sambas ini, sebagai upaya untuk menghindari masyarakat kabupaten sambas dari kekurangan gizi.
(Baca: Bawa 100 Taruna Angkatan Laut, Kapal Latih TNI Al KRI Dewaruci Kunjungi Cirebon )
Sekretaris Diskes Sambas dr Fatah Maryunani mengungkapkan, hampir 40 persen masyarakat Sambas mengalami stunting atau memiliki tubuh lebih pendek dari standar.
"Berdasarkan hasil survei, hampir 40 persen masyarakat di Sambas mengalami stunting atau memiliki tubuh pendek dari standar," ungkapnya, Senin (23/10/2017).
(Baca: Ini Yang Dibahas Atbah Bersama Mahasiswa Asal Sambas Sambil Nikmati Bubur Paddas )
Lanjut Fatah, untuk mencegah tentunya haruslah dijaga kesehatan anak, sejak dari masa kehamilan. Atau bahkan dari awal pembuahannya, gizi sang ibu sudah harus diperhatikan.
Ia menyarankan, saat kehamilan, kaum ibu selalu mengkonsumsi obat tambah darah serta tidak lupa secara rutin mengecek kesehatan.
"Sehingga saat pada masa kelahiran, harapannya mudah-mudahan bayi sehat dan terhindar dari stunting. Selain itu, yang juga perlu dijaga adalah pemberian ASI dan gizi lainnya saat anak tumbuh kembang," jelasnya.
Diterangkannya, untuk mengatasi permasalahan gizi ini, tentunya tidak lepas dari peranan pemerintah daerah, dengan membuat Peraturan Bupati.
"Adanya Perbub ini, Sambas lebih dimudahkan untuk mendapatkan bantuan pemerintah pusat dalam mencegah masalah gizi ini," paparnya.
Direktur Jendral Gizi Kemenkes RI, Doddy Izwardy menambahkan, sosialisasi ini bertujuan untuk berdiskusi dengan SKPD yang ada di Kabupaten Sambas. Yang diharapkan, dapat saling memahami bagaimana keterkaitan satu sama lain, terhadap program menurunkan angka stunting di Kabupaten Sambas di masa mendatang.
"Kita ketahui bahwa Kabupaten Sambas merupakan daerah potensial sayur dan buah-buahan. Saya yakin sambas bisa menangani masalah stunting ke depannya" ujarnya.
Doddy mengungkapkan, alasan dipilihnya Kabupaten Sambas. Lantaran wilayah permukiman penduduk di Sambas merupakan daerah yang jauh dari pusat kota, serta tingginya angka stunting di Sambas.
(Baca: Produksi Garam Berbahan Baku Lokal dan Impor, Inilah Penjelasan dari CV Inti Nanvia )
"Hasil Survei pemantauan Tahun 2016, angka stunting di Sambas mencapai 41,5%. Sehingga ada upaya pemerintah untuk melakukan penanganan stunting di 100 kabupaten/kota," jelasnya.
Menurutnya, hal yang perlu diperhatikan sebenarnya adalah perubahan perilaku, karena menurutnya perubahan perilaku sangat berpengaruh terhadap program tersebut.
"Saya akan mencoba membawa rekan-rekan dari donor dan Unicef serta Vilantropis, agar bisa membantu Sambas menurunkan angka stunting secara signifikan dengan perubahan perilaku," jelasnya.
Ditambahkannya, pemerintah pusat berkomitmen membantu Sambas, namun akan mengikuti sesuai intervensi yang telah dilakukan. Ini artinya intervensi yang spesifik, dan akan memastikan ibu hamil serta remaja putri di Kabupaten Sambas, mendapatkan penyuluhan.
"Kami menjamin 100 persen anak balita yang kurus di Kabupaten Sambas dipastikan mendapat makanan tambahan, dan juga kepada ibu hamil dan remaja putri, kami akan melakukan pemberian tambah darah," tandasnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pontianak/foto/bank/originals/sosialisasi-strategi_20171024_000109.jpg)