Public Service
Polemik Senpi Kontraproduktif
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo membenarkan dirinya yang berbicara dalam video yang viral di media sosial.
Penulis: Ahmad Suroso | Editor: Rizky Zulham
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Suhu politik di Tanah Air sempat menghangat.
Hal ini menyusul pernyataan yang mengejutkan dari Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bahwa ada ancaman keamaan lantaran adanya lembaga non-militer yang membeli 5.000 pucuk senjata api ilegal ke Indonesia, dengan mencabut nama Presiden Joko Widodo.
Gatot mengklaim memiliki data akurat.
Publik pun heboh dan resah menanggapi lontaran tersebut dengan persepsinya masing-masing, terutama di media sosial.
Pernyataan yang belum terverifikasi itu membuat netizen terbelah Mengingat jumlah senjata 5000 pucuk senjata itu sama dengan 5 Batalion Tempur, wajar bila di medsos terbaca kekhawatiran akan situasi keamanan di dalam negeri. Masyarakat menilai ada apa ini?
(Baca: Baju Ikeh Pontianak - Curhatan Owner Percetakan Deepositive Bikin Sedih )
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo membenarkan dirinya yang berbicara dalam video yang viral di media sosial.
Namun, Gatot berkilah, ucapannya itu sebenarnya tidak untuk diekspos ke pers atau publik.
"Saya tidak pernah 'press release' (soal senjata), saya hanya menyampaikan kepada purnawirawan," cetus Panglima TNI, Minggu (24/9) dilansir Antaranews.com.
Silaturahmi TNI dengan purnawirawan itu dilaksanakan di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Jumat (22/9) lalu.
Dugaan kuat, ada ada operasi intelijen yang dilancarkan pihak asing untuk mengadu domba ketiga institusi; Polri, TNI, dan BIN.
Dari penelusuran dengan metode open source intelligence atau OSINT yang dilakukan pengamat terorisme dan intelijen dari Universitas Indonesia.
(Baca: Dinas Kesehatan Kubu Raya Awasi Peredaran Pil PCC )
Ridlwan Habib, Senin (25/9), operasi adu domba ini menggunakan medsos.
Ia menjabarkan, pada 23 September pukul 22.00 muncul tanda pagar (tagar) di media sosial #PanglimaTantangBIN.