Launching Buku Bodas, Maya Mengangkat Tentang Kehidupan dan Kematian

Keringat dingin, ntah benar ntah salah-salah saye ngomong, tapi saya sangat senang akan antusias peserta,

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID / RIDHO PANJI PRADANA
Maya Atika, Penulis Buku Bodas, saat menyerahkan bukunya kepada Manager Produksi Tribun Pontianak, Hasyim Ashari pada acara launhing dan bedah buku Bodas, di Desa Limbung, Kubu Raya. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridho Panji Pradana

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Seorang wanita wirausaha yang membuka toko sembako di rumahnya, Maya Atika atau dengan nama pena Sang Maya melaunching buku hasil karyanya yang berjudul Bodas, di Desa Limbung, Kubu Raya, tepat dikantor desanya, Sabtu (23/9/2017) malam.

Pada buku yang mempunyai sekitar 293 halaman dan 21 bab ini, Maya menuturkan inti cerita Bodas sebenarnya bermula dari kematian, dan diakhiri oleh sebuah kehidupan.

Ia pun mengatakan, awalnya belajar menulis adalah saat gabung komunitas ETC English Travelling Community. ETClah, kata dia, yang menawarkan bukunya untuk di launching dan dibedah.

"Kenapa Arang Limbung? tujuan dari ETC untuk memajukan Pemuda Kubu Raya, dan mensoundingkan program ETC akan desa English di Arang Limbung," ungkapnya, Minggu (24/9/2017).

(Baca: BPJS Ketenagakerjaan Gelar Lomba Jurnalistik Total Hadiah Rp70 Juta, Ini Temanya )

Maya mengatakan, Bodas adalah buku pertamanya, walaupun sudah dua buku yang dibuat, namun buku ke dua belum terbit, dan menceritakan tentang legenda kampung pemodus.

Dalam buku Bodas yang diselesaikan dalam tempo 4 bulan, lanjutnya, menceritakan seorang anak berusia 10 tahun bernama Bodas yang memiliki mimpi-mimpi aneh semenjak masuk ke rumah kosong di Jalan Wan Sagaf Kota Pontianak bersama rekannya sekitar enam orang, bahkan bertemu hantu.

"Scene dalam Bodas yang saya sukai adalah acene tentang perintah membaca, scene lomba makan indomi, dan scene tentang saat bodas bertemu billy," bebernya.

Wanita berhijab ini pun mengungkapkan, motivasi dirinya menulis Bodas adalah mengenalkan pentingnya membaca, belajar sejarah, dan budaya Kalbar.

(Baca: Usai Diperiksa 24 Jam, Wali Kota Cilegon Tubagus Iman Ariyadi Ditahan KPK )

Saat launching perdana, ia pun mengaku grogi hingga berbicara tidak teratur, namun ia pun senang karena dapat memotivasi yang lainnya.

"Keringat dingin, ntah benar ntah salah-salah saye ngomong, tapi saya sangat senang akan antusias peserta, bahkan tadi ada yang terinspirasi untuk nulis dan ada juga yang ingin menyelesaikan tulisannya," katanya.

Menjadi seorang penulis, Ia pun menuturkan, ingin memiliki sesuatu yang dapat dikenang oleh orang lain kapanpun dan dimanapun.

Hal tersebut, menurutnya, karena menulis sebagai amalan jariyah, menyebar kebermanfaatan.

Walaupun memang, diakuinya memang tidak pernah terbayang menjadi seorang penulis, namun senang membaca.

Bahkan, pernah mempunyai majalah dan buku sekitar lima karung hasil bacaannya.

Maya pun berkeinginan untuk Go Internasional, walaupun hal pertama yang diingkannya adalah bagaimana buku Bodas dapat diterima se-nusantara.

"Kalau rencana mimpi ya mau go internasional, tapi rencana real bisa tersebar di seluruh Indonesia juga sudah bagus," timpalnya.

Pada buku Bodas yang telah dicetak sekitar 200 ini, menurutnya sudah dipasarkan dibeberapa tempat dan tokoh buku di se-Kalimantan Barat bahkan Jogjakarta.

Diantaranya adalah Menara Buku, Angkasa Baru, Warung Kopi Siti di Jalan Daranante, Kopi Andalas Sintang, LSM PRCF Putusibau, dan toko Koyoikids Jogja.

Selain via buku yang dihargai Rp. 65 ribu, Maya pun mengatakan, tulisan-tulisannya juga bisa diakses melalui online, yaitu catatanmaya.com.

Untuk buku Bodas, jelasnya, ada sekitar 7 dari 21 bab yang diulas dalam websitenya disertai dengan sinopsis.

Sebelumnya, Kepala Desa Limbung, Tahjudin, mengaku sempat berdiskusi dengan Maya untuk membuat pelatihan menulis bagi generasi muda khususnya di Limbung.

Tahjudin pun membuka pendaftaran bagi anak-anak, putra/i yang ingin belajar menjadi seorang penulis.

Hal tersebut dinilainya karena bermanfaat untuk pengembangan sumber daya manusia.

Bahkan, ia juga memberikan apresiasi kepada salah seorang jurnalis, Jemmy Haryanto yang sudah berkelana sampai ke negara Pizza, Italia dan menjadi tokoh pemuda serta membentuk komunitas travelling bahasa Inggris atau English Traveling Community (ETC).

"Anak saya Faizal Ramadhan juga ikut, kalau ada yang baik kenapa gak kita dukung, silakan buat kegiatan di kantor desa, ini cara menggerakan generasi muda membangun dan mengembangkan SDM desa," tuturnya.

Bahkan, dengan ini, kata dia, pihak Desa berencana membentuk desa Inggris dan sudah ada beberapa RT yang fokus belajar bahasa Inggris.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved