Aswandi Minta Evaluasi Full Day School
Makanya harus terus dievaluasi. Semakin cepat evaluasi dilakukan semakin baik. Apa yang kurang, bisa diperbaiki dengan evaluasi itu
Penulis: Nasaruddin | Editor: Jamadin
Laporan Wartawan Tribun Pontiaank, Nasaruddin
TRIBUNPONTIANAK. CO.ID, PONTIANAK - Semenjak full day school diterapkan di beberapa sekolah, anak baru pulang sore hari dan terkadang dengan kondisi yang sudah lelah dan baju merah putihnya kusut. Hal ini mungkin menjadi kekhawatiran ibu terhadap anaknya setelah pulang sekolah.
Lalu perlukah sebenarnya penerapan full day school untuk anak ? Praktisi Pendidikan, Dr Aswandi mengatakan, full day school boleh saja diterapkan secara terbatas. Namun, yang perlu diingat, jangan menganggap full day school adalah sistem terbaik yang sudah sempurna.
"Makanya harus terus dievaluasi. Semakin cepat evaluasi dilakukan semakin baik. Apa yang kurang, bisa diperbaiki dengan evaluasi itu," kata Aswandi.
Membentuk karakter anak merupakan sebuah keharusan. Tapi, itu bukan sekedar menjadi tugas guru di sekolah. Orangtua memegang peran yang paling penting. Ditambah lagi, lingkungan masyarakat.
"Tak ada teori yang mengatakan orang hebat itu hanya karena sekolah. Di sekolah itu hanya 30 persen yang kita dapat. Selebihnya ada di lingkungan keluarga dan masyarakat. Bekal hidup itukan tidak hanya pengetahuan, tapi perlu juga sikap dan yang lainnya," jelas Aswandi.
Di negara maju, anak-anak sekolah dengan santainya. Pulang ke rumah, mereka tak lagi disibukkan dengan urusan sekolah. "Beda dengan di kita. Pulang sekolah anak masih mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR)," katanya.
Nah, penerapan full day school jangan sampai hanya membuat anak lama di sekolah dan menyerahkan sepenuhnya pembentukan karakter anak kepada pihak sekolah. Orangtua tetap harus ikut berperan.
"Membangun SDM itu tak semudah membangun rumah. Kalau bangun rumah, ada yang mau kita rubah, bisa langsung dirobohkan. Kalau SDM tidak bisa seperti itu," kata Aswandi.