Potret Murid SDN 9 Kederas
Astaga, Siswa SDN 9 Kederas Pernah Jatuh Lewat Jalan Setapak ini
"Sakit. Tadi licin. Lewat sini terus. Pak Bupati, kami minta membangun jembatan untuk kami berangkat sekolah dan pulang,” harapnya
Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Mirna Tribun
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Rizky Prabowo Rahino
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG – Keinginan pembangunan jembatan alternatif yang refresentatif tidak hanya jadi asa masyarakat dan Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) 9 Kederas, Dusun Kederas Hulu, Desa Dedai Kanan, Kecamatan Dedai, Kabupaten Sintang.
Namun, juga bagi para siswa dan siswi SDN 9 Kederas yang melintasi jembatan saban hari.
Baca: Siswa SDN 9 Kederas Bertaruh Nyawa saat ke Sekolah, DPRD Sintang Prihatin
Satu diantaranya siswa kelas 4 SDN 9 Kederas, Fahmi Firmansyah.
Saat awak media mewawancarai Kepala Dusun Kederas Hulu. Tanpa sengaja, Fahmi yang melintasi jembatan kayu setapak yang tidak memiliki pagar pegangan sempat terpeleset sebanyak dua kali saat pulang sekolah.
Baca: Lewati Jalan Seperti ini, Para Murid SDN 9 Kederas Sintang Bertarung dengan Maut Saat ke Sekolah
Beruntung dirinya tidak jatuh ke dasar sungai yang saat ini masih surut.
Kondisi terpelesetnya Fahmi ini sempat terekam dalam kamera tanpa disengaja.
Dia berada di belakang tiga orang temannya.
"Sakit. Tadi licin. Lewat sini terus. Pak Bupati, kami minta membangun jembatan untuk kami berangkat sekolah dan pulang,” harapnya.
Satu diantara siswa lainnya Chandra menerangkan kondisi licinnya jembatan setapak pernah menyebabkan beberapa siswa terjatuh ke bawah.
Diakuinya, bahkan sampai menyebabkan jari anak tersebut patah.
“Kami mau pembangunan jembatan yang bagus. Biar ndak kena banjir. Biar ndak takut terpeleset,” singkatnya.
Jembatan setapak alternatif yang dilintasi Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 9 Kederas saban hari, saat ini kondisinya memprihatinkan. Untuk meniti jembatan terbuat dari batang pohon tebedak air seukuran dekapan orang dewasa ini perlu pandangan fokus dan kehati-hatian.
Siswa-siswi harus memegang erat batang bambu berdiameter seperti bola kasti dan kayu tebedak air ukuran sedang yang terpaku membentang di sisi kanan dan kiri jembatan.
Kondisi batang kayu pijakan juga kian tua, ini ditunjukkan dengan mengelupasnya lapisan kulit luar. Hal ini membuat permukaan kayu licin, terutama usai hujan turun.
Apabila nasib tak mujur, karena langkah kurang terukur.
Bisa saja pelintas terpeleset dan jatuh ke Sungai Temutok yang kini airnya surut.
Ketinggian jembatan dari dasar Sungai Temutok sekitar 6 meter.
Selain jembatan ini, ada satu jembatan berukuran sama dan persis berjarak sekitar 8 meter sebelahnya.
Hanya saja jembatan satunya tidak memiliki pagar pegangan di sisi kiri dan kanan.
Dua jembatan ini kadang dilewati anak sekolah dan masyarakat setempat.