Mayat di Hotel Benua Mas
MAMBIS Permudah Polisi Ungkap Identitas Sumirawati
Dengan MAMBIS ini, akan dilakukan proses pencarian data, baik bersifat lokal maupun global
Penulis: Tito Ramadhani | Editor: Jamadin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Keberhasilan jajaran Polresta Pontianak mengungkap identitas Sumirawati (21), gadis yang ditemukan tewas terbunuh di kamar A5, Hotel Benua Mas, Jalan 28 Oktober, Pontianak Utara, pada Rabu (28/12/2016) sekitar pukul 17.30 WIB.
Dalam waktu tak kurang dari lima jam, tak lepas dari peran Tim Indonesian Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Polresta Pontianak, yang menggunakan alat pendeteksi sidik jari Mobile Automatic Biometric Indentification System (MAMBIS).
"Dengan MAMBIS ini, akan dilakukan proses pencarian data, baik bersifat lokal maupun global, yang terhubung langsung ke data kependudukan dan catatan sipil nasional," ungkap Operator MAMBIS dari Inafis Polresta Pontianak, Bripka Agung Utomo (37) kepada tribunpontianak.co.id, saat ditemui di ruang kerjanya di Polresta Pontianak, Kamis (29/12/2016).
Baca: Suasana Pemakaman Korban Pembunuhan
Bripka Agung menjelaskan, pada saat awal kejadian, personel piket Inafis Polresta Pontianak mendapatkan informasi adanya temuan mayat dalam kasus pembunuhan Sumirawati. Sehingga, kemudian Tim Inafis menuju lokasi yang telah diberitahukan sebelumnya.
"Pada saat di lokasi, tidak ditemukan satu identitas satu pun di tubuh korban. Untuk mempermudah pencarian identitas korban, kami menggunakan alat MAMBIS yang biasa kami gunakan, untuk mayat yang tanpa diketahui identitasnya, yang biasa disebut Mr X atau Mrs X," jelasnya.
Dengan menggunakan alat MAMBIS, pihaknya dapat mencari data identitas korban. Sehingga pihaknya dapat mengetahui alamat korban tersebut.
"Kemudian ditelusurilah alamat korban, dan selanjutnya dikonfirmasi kepada orangtuanya, apakah orangtua korban ada merasa punya anak bernama Sumirawati, dan ternyata benar beralamat di Jalur 2, Gang Karya Tani II, Jalan Pelabuhan Rakyat, Pontianak Barat," paparnya.
Setelah pihaknya melakukan ujicoba sebanyak dua kali, data yang keluar dari sidik jari korban, muncul dengan identitas nama dan alamat yang sama.
"Sama persis, dengan alat ini kami dapat mengetahui identitas korban lebih akurat. Dalam melakukan identifikasi, kami menggunakan cara kerja Scientific Crime Investigation Method, yakni berdasarkan alat bukti dan fakta di lapangan, sehingga diketahuilah motif," ungkapnya.
Personel Tim Inafis Polresta Pontianak lainnya, Bripka Suyanto (57) menambahkan, sidik jari setiap manusia itu sangat unik. Sidik jari seseorang itu identik dengan karakter orang tersebut.
"Unik, jadi sidik jari itu di antaranya ada yang namanya Radial Loop, Whorl, Arch, Tented Arch, Central Pocket, Exceptional Arch, Twinned Loop, Lateral Pocket serta Accidental," paparnya.
Berdasarkan pengalamannya selama 32 tahun di Inafis, Bripka Suyanto menuturkan satu di antara karakteristik sidik jari yang cukup menonjol.
"Pola sidik jari Radial itu biasanya orangnya vocal, seperti sidik jarinya dr Azahari, itu sidik jarinya radial, orangnya pintar dan vocal, salah satu contohnya itu ya," jelasnya.
Menurut Bripka Suyanto, saat pertama kali di lokasi ditemukannya mayat, ia mencari sidik jari latin.
"Kalau ke TKP saya pertama kali cari sidik jari latin. Kalau sepuluh jari itu dirumus, itu bedanya, misalnya saat membuat SKCK atau mencari tersangka. Kalau sidik jari latin yang di TKP itu nanti untuk perbandingan dengan yang dicurigai pelaku," tukasnya.