Citizen Reporter

Penulis Puisi Film AADC Berbagi Pengalaman dengan Warga Pontianak di Rumah Radakng

Dalam berkiprah sebagai penulis, Aan mengaku banyak dipengaruhi oleh nasihat sang Ibu.Ibunya memberikan banyak pelajaran tentang dunia sastra.

TRIBUNFILE/IST
Bedah buku Martan Aan Mansyur Penyair asal Makassar, Sulawesi Selatan, yang terkenal lewat puisi-puisinya dalam film Ada Apa dengan Cinta (AADC), hadir di Pontianak untuk memeriahkan Kalbar Book Fair (KBF) 2016 di Rumah Radakng, Jumat sore (28/10). 

Nama Aan Mansyur semakin dikenal, terutama di kalangan anak muda sejak dia terlibat dalam Film Ada Apa dengan Cinta?

Puisinya dikutip dalam perkataan atau dialog oleh Nicholas Saputra sebagai pemeran utama pria dalam film tersebut.

Puisi tersebut diambil dari buku kumpulan puisinya yang berjudul Tak ada New York Hari ini.

Buku itu diluncurkan pada April lalu, bersamaan dengan peluncuran Film Ada Apa dengan Cinta?

Buku ini mendapat tanggapan luas dari masyarakat, terutama generasi muda.

Tak Ada New York Hari ini pun laris manis sehingga dicetak ulang hingga delapan kali hanya dalam waktu dua bulan.

“Ada sekitar 50 ribu eksemplar yang terjual, tapi itu sampai Bulan Juni, dan mungkin sekarang bisa lebih,” kata Aan saat ditemui sesuai bedah buku Tak Ada New York Hari Ini.

Tak Ada New York Hari Ini hanya satu dari sederet buku yang dihasil pria berperawakan kurus ini. Buku kumpulan cerpen dan puisi karyanya yang lain, di antaranya Hujan Rintih-rintih (2005), Perempuan, Rumah Kenangan (2007), Aku Hendak Pindah Rumah (2008), Cinta yang Marah (2009), Tokoh-tokoh yang Melawan Kita Dalam Satu Cerita (2012), Sudahkah Kau Memeluk Dirimu Hari Ini? (2012), Kukila (2012), Kepalaku: Kantor Paling Sibuk di Dunia (2014), Melihat Api Bekerja (2015).

Dalam bedah buku Tak Ada New York Hari Ini, Aan banyak memberikan tips cara menulis atau membuat puisi bagi kalangan pemula.

Termasuk tips agar karya mereka dilirik penerbit dan sukses di pasaran.

Dia menjelaskan puisi yang bagus itu adalah yang mampu mengukur tingkat perubahan seseorang di masa mendatang.

“Puisi yang bagus itu harus memiliki dua penyair, yakni penulis puisinya sendiri, dan yang membaca puisi itu. Jadi, pembaca adalah penyair kedua setelah penulis puisi,” jelasnya.

Bedah Buku merupakan agenda rutin yang digelar selama Kalbar Book Fair berlangsung.

Setiap hari ada dua penulis lokal maupun nasional yang tampil untuk membedah karya mereka dalam kesempatan terpisah, yakni pagi dan sore hari.

Acara ini mendapat sambutan hangat dari para pegiat dan peminat literasi.

Ruangan diskusi pun selalu dipadati pengunjung .

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved