Edi Rusdi Kamtono Ajak Teladani Nilai Persatuan Pejuang Mandor
Sebagaimana diketahui, banyak korban gugur di tangan penjajah Jepang pada Tragedi Mandor
Penulis: Rizky Zulham | Editor: Arief
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk memupuk rasa nasionalisme demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal ini diwujudkan dengan menjunjung tinggi semangat kepahlawanan dalam melaksanakan dan mesukseskan pembangunan Kota Pontianak dengan meneladani nilai persatuan yang ada di dalamnya.
"Dengan tidak memandang perbedaan suku, agama, ras dan golongan, sehingga nantinya masyarakat Kota Pontianak dapat menjadi masyarakat yang unggul dan maju dalam segala aspek," ujarnya saat upacara memperingati Hari Berkabung Daerah (HBD) mengenang Peristiwa Mandor di halaman Kantor Wali Kota Pontianak, Selasa (28/6/2016).
Sebagaimana diketahui, banyak korban gugur di tangan penjajah Jepang pada Tragedi Mandor. Para korban dari berbagai kalangan, mulai dari kaum cendekiawan, para raja, sultan dan tokoh masyarakat yang dianggap berpengaruh hingga masyarakat biasa.
Selain itu, para korban pun berasal dari berbagai etnis dan agama. "Oleh karena itu, sudah sepatutnya nilai-nilai persatuan dalam perjuangan dari para pahlawan tersebut dapat kita teladani," kata Edi.
Ia juga mengajak masyarakat Kota Pontianak, untuk bersama-sama meneladani perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan tersebut dengan cara bersama-sama membangun Kota Pontianak dengan tetap menjunjung nilai-nilai persatuan dan kesatuan.
"Meskipun Kota Pontianak penduduknya heterogen, tetapi kita bisa hidup berdampingan dan saling toleransi. Saya berharap kita semua tetap menjaga kondusifitas Kota Pontianak," katanya.
Peristiwa Mandor Berdarah terjadi 72 tahun silam, tepatnya 28 Juni 1944 yang menyisakan duka mendalam khususnya bagi rakyat Kalimantan Barat (Kalbar). Tidak sedikit korban yang berjatuhan akibat dieksekusi mati oleh penjajah Jepang yang kala itu menduduki Kalbar.
Korban dikubur secara massal di Kecamatan Mandor Kabupaten Landak. Peristiwa Mandor tersebut ditetapkan sebagai Hari Berkabung Daerah (HBD) melalui Peraturan Daerah Kalimantan Barat Nomor 5 Tahun 2007 yang dikeluarkan Pemerintah Provinsi Kalbar.