Cap Go Meh 2016

Dua Versi Asal Usul Tradisi Perayaan Cap Go Meh

Perayaan Cap Go Meh dalam bahasa mandarin disebut Yuan Shiau Ciek artinya festival malam bulan satu dan di negeri barat lebih dikenal Lantern Festival

Penulis: Steven Greatness | Editor: Steven Greatness
TRIBUN PONTIANAK/STEVEN GREATNESS
Atraksi tatung saat perayaan Cap Go Meh di Singkawang beberapa waktu lalu. 

"Sedangkan untuk etnis Tionghoa lainnya dirayakan sebagai hari raya tradisi budaya Yuan Shiau Ciek atau Cap Go Meh atau Lantern Festival sesuai kondisi dan situasi masing-masing," tuturnya.

Usir Hama

Sementara versi lainnya, menurut Asali adalah cerita rakyat pada Dinasti Tung Zhou (770 SM - 256 SM) yaitu para petani pada tanggal 15 bulan 1 Imlek memasang lampion yang disebut Chau Tian Can di sekeliling ladang untuk mengusir hama dan menakuti binatang perusak tanaman.

Petani saat itu juga melihat perubahan warna api dalam lampion (Ten Lung) yang dipercaya dari perubahan warna api dalam lampion pada malam itu dapat diketahui cuaca yang akan datang, yaitu apakah kemarau panjang atau lebih banyak hujan sepanjang tahun.

Dengan demikian, setiap tahun pada hari yang sama petani akan memasang lampion di sekeliling ladang. Setiap tahun semakin bertambah banyak lampion yang dipasang sehingga membentuk suatu pemandangan yang indah pada tanggal 15 bulan 1 Imlek.

"Memasang lampion selain bermanfaat mengusir hama, juga tercipta pemandangan yang indah. Sedangkan untuk menakuti binatang perusak tanaman ditambah segala bunyi-bunyian, bermain barongsai serta arak-arakan tatung sebagai tolak bala dan supaya lebih ramai," cerita Asali.

Menurut Asali, kepercayaan dan tradisi budaya tersebut berlanjut serta berkembang turun-temurun baik di daratan Tiongkok maupun di daerah perantauan di seluruh dunia sesuai kondisi dan situasi negara masing-masing, termasuk di Kalbar. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved