Cap Go Meh 2016

Dua Versi Asal Usul Tradisi Perayaan Cap Go Meh

Perayaan Cap Go Meh dalam bahasa mandarin disebut Yuan Shiau Ciek artinya festival malam bulan satu dan di negeri barat lebih dikenal Lantern Festival

Penulis: Steven Greatness | Editor: Steven Greatness
TRIBUN PONTIANAK/STEVEN GREATNESS
Atraksi tatung saat perayaan Cap Go Meh di Singkawang beberapa waktu lalu. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Steven Greatness

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Perayaan Imlek 2567 tahun monyet api yang jatuh pada Senin (8/2/2016) lalu akan berakhir dengan perayaan Cap Go Meh 2016 yang puncaknya, Senin (22/2/2016).

Perayaan Cap Go Meh di Pontianak dimulai dengan ritual buka mata 15 ekor replika naga di Vihara Kwa Tie Bio, Jl Diponegoro, Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (20/2/2016).

Dalam sistem penanggalan Imlek, warga Tionghoa di Indonesia akan merayakan hari Cap Go Meh berdasarkan kombinasi 10 Tian Gan dan 12 Di Zhi.

Kata Cap Go Meh berasal dari dialek Tiociu atau Hokkien yaitu Cap Go itu lima belas dan Meh itu malam. Artinya malam kelima belas.

Sedangkan dalam dialek Hakka disebut Cang Nyiat Pan yaitu cang nyiat adalah bulan satu dan pan itu pertengahan sehingga berarti pertengahan bulan satu.

Sementara di negeri daratan Tiongkok, perayaan Cap Go Meh dalam bahasa mandarin disebut Yuan Shiau Ciek artinya festival malam bulan satu dan di negeri barat lebih dikenal sebagai Lantern Festival.

Budayawan Tionghoa Kalbar, Lie Sau Fat menyatakan, setiap hari raya warga Tionghoa, baik religius maupun tradisi budaya ada asal-usulnya yang diceritakan dari mulut ke mulut, legenda, berdasarkan buku dengan beragam versi, tergantung budaya, tradisi dan daerah masing-masing.

Dua Versi

Menurut pria kelahiran 1932 yang lebih dikenal dengan nama XF Asali ini, Cap Go Meh memiliki dua versi.

Versi pertama adalah Yuan Shiau Ciek yaitu satu di antara festival yang dirayakan sejak Dinasti Xie Han (206 SM-24 M) untuk menandakan berakhirnya perayaan tahun baru Imlek.

"Secara religius pada umat penganut Taoisme, Cap Go Meh dikenal sebagai San Yuan yaitu hari lahir Shang Yuan Thian Kuan atau Dewa Langit yang memberikan karunia pada manusia," ujarnya.

Sementara pada Dinasti Tung Han (25-220), oleh Kaisar Liu Chang, perayaan Yuan Shiau Ciek untuk menghormati Sang Buddha Sakyamuni yang telah menampakkan diri pada tanggal 30 bulan 12 Imlek di daratan barat, yang ditafsirkan sama dengan tanggal 15 bulan 1 Imlek di daratan timur.

Oleh karena itu, kaisar juga memerintahkan rakyatnya sembahyang syukuran, arak-arakan, memasang lampion, dan atraksi kesenian rakyat pada malam hari tepatnya Cap Go Meh.

Asali memaparkan, perayaan tersebut berlanjut secara turun-temurun hingga sekarang diperingati masyarakat Tionghoa yang menganut Tri Dharma (Sam Kaw) sebagai hari raya religius umat Taoisme, Buddhis, dan Konghucu.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved