Gerakan Fajar Nusantara

Eks Gafatar 'Membuka Mata' bahwa Tanah Melawi Sangat Subur

Lahan-lahan kosong semak belukar bisa diolah menjadi lahan pertanian yang subur

Penulis: Ali Anshori | Editor: Arief
IST
Satu di antara pertanian yang dikembangkan eks Gafatar di wilayah Pelempai Jaya, Kecamatan Ella Hilir, Kabupaten Melawi, belum lama ini. Lahan tersebut sebelumnya merupakan lahan tidur kini menjadi lahan pertanian yang subur. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MELAWI - Proses evakuasi eks Gafatar yang dilakukan oleh Pemkab Melawi telah usai beberapa waktu lalu. Namun sampai saat ini eks Gafatar masih menjadi perbicangan hangat di masyarakat di kabupaten ini.

Ada sisi positif dan negatif yang bisa diambil pelajaran setelah eks Gafatar tidak lagi di Melawi. Terutama mengenai teknologi tepat guna dan sistem pertanian yang mereka gunakan di Desa Pelempai Jaya, Kecamatan Ella Hilir.

"Di satu sisi mata kita dicelikkan, pikiran kita dicerahkan, ternyata tanah di Melawi Kalbar begitu subur. Lahan-lahan kosong semak belukar bisa diolah menjadi lahan pertanian yang subur," kata dr Sien Setiawan yang selama empat hari menempati pengungsi eks Gafatar.

Dia mengatakan, ternyata teknologi "modern" tepat guna untuk membangun desa tidak mahal. Seperti teknik pengolahan air di kamp Gafatar begitu inovatif, hanya menelan biaya Rp 15 juta.

"Di Melawi sendiri potensi yang belum tersentuh adalah inovasi teknik pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Air Sungai (kecil ), dan beberapa teknologi pengolahan air minum, PLTA dan teknik pengolahan/pemupukan tanah asam bisa diadopsi dan diterapkan untuk membangun desa desa terpencil," katanya, Rabu (27/1/2016).

Dia mengatakan, selama ini masyarakat seolah dikecohkan oleh oknum kontraktor, oknum PPTK seolah olah untuk membangun desa butuh dana yang cukup besar sampai miliaran rupiah.

"Namun sekarang mata kita terbuka, bahwa hanya butuh puluhan, ratusan juta saja untuk bisa membuat Pembangkit Listrik Tenaga Air dan Pengolahan Air Minum yang Sehat di desa," tandasnya.

Ternyata untuk menaklukkan tanah asam Kalimantan, tekniknya sederhana yaitu dengan Pupuk Sederhana dan "semangat extra ordinary" untuk mencangkul sesering mungkin. Kunci nya untuk berhasil mengolah tanah adalah semangat kerja keras.

"Ilmu ini saya dapat dari hasil wawancara kepada pengungsi eks Gafatar selama 4 hari 4 malam," kata dr Sien.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved