Abdikan Diri untuk Obati Mata

Organ penglihatan yang mendeteksi cahaya yang secara sederhana

Editor: Arief
TRIBUN PONTIANAK/LEO PRIMA
dr Sri Yuliani Elida SpM MSc 

MATA merupakan satu di antara panca indra yang penting bagi kehidupan manusia. Organ penglihatan yang mendeteksi cahaya yang secara sederhana bekerja untuk mengetahui terang dan gelap itu merupakan aspek signifikan, sehingga manusia mengenali dunia. 

Di awal penciptaan, mata manusia sudah memiliki cara kerja otomatis yang sempurna. Dibentuk dengan 40 unsur utama yang berbeda satu sama lain dimana tiap unsur memiiki fungsi sendiri-sendiri, membawa dokter spesialis mata, dr Sri Yuliani Elida SpM MSc takjub pada kesempurnaan penciptaan mata oleh Tuhan tersebut.

"Mata merupakan jendela tubuh. Lewat mata, dapat dikenali penyakit yang sedang diderita seseorang," ujarnya kepada Tribun, Jumat (23/8/2013).

Dokter Yuli, demikian ia biasa disapa menjelaskan, lapisan tembus cahaya di bagian depan mata disebut kornea. Tepat di belakangnya terdapat iris. Iris berfungai memberi warna pada mata. Iris juga dapat mengubah ukurannya secara otomatis sesuai kekuatan cahaya yang masuk, dengan bantuan otot yang melekat padanya.

"Ketika berada di tempat gelap, iris akan membesar untuk memasukkan cahaya sebanyak mungkin. Ketika kekuatan cahaya bertambah, iris akan mengecil untuk mengurangi cahaya yang masuk ke mata. Cara kerja mata sangat otomatis dan sempurna. Teknologi canggih pun tak akan sanggup meniru cara kerja mata," ungkapnya.

Keinginan Yuli menjadi dokter spesialis mata, berawal karena ia berkacamata. Ia tak mau, mata yang menjadi jendela tubuh dan penting kegunaanya, rusak atau bahkan yang lebih parah, mengalami kebutaan. Niat tersebut muncul tatkala ia kuliah di Fakultas Kedokteran di Universitas Lambung Amangkurat, Banjarmasin.

"Kemudian saya mendapat kesempatan untuk mengikuti tes Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Fakultas Kedokteran Universitas GajahMada (UGM) Yogyakarta. Alhamdulillah saya lulus dan saya menjalani tugas sebagai residen (dokter umum yang kuliah mengambil jurusan dokter spesialis)," ungkapnya.

Kesempatan tersebut ia dapat setelah ia meminta izin kepada Dinas Kesehatan Kota. Dinas bersangutan pun mengizinkan Yuli untuk menempa ilmu spesialisasi mata. Pada 2009 akhir, ia menyelesaikan studi-nya. Kemudian ia pun bertugas sebagai dokter spesialis mata di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Syarif Muhammad Alkadrie Kota Pontianak di Jl Komyos Soedarso dari 2010 hingga sekarang.

"Sebelumnya saya bertugas di Balai Pengobatan (BP) Mata dan Gizi di Gg Padi (Jl Prof Hamka). Setelah RSUD Sultan Syarif Muhammad Alkadrie Kota Pontianak berdiri, saya di-SK-kan untuk pindah ke rumah sakit tersebut sampai sekarang," katanya.

Barangkali tak berlebihan bila Yuli disebut sebagai dokter spesialis mata yang memiliki dedikasi tinggi terhadap kondisi mata, kendati ia tak mau disebut demikian. Bagaimana tidak, aktivitasnya sangat padat yang dimulai dari pagi hingga jatuh malam. Mula-mula, dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB, ia bertugas di RSUD Sultan Syarif Muhammad Alkadrie.

Kemudian dari pukul 11.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB, ia beralih bertugas di BP Mata dan Gizi. Tak cukup sampai di situ, ia juga harus menjalani serangkaian praktek dokter spesialis mata hingga pukul 20.00 WIB. "Intinya harus pandai-pandai membagi waktu," pungkasnya.

Kendati aktivitas pekerjaannya padat, tetap selalu ada waktu yang wajib ia sisihkan untuk mendidik dan bercengkerama dengan dua anaknya, Muhammad Danish Prayoga Utama yang kini duduk di bangku kelas 1 SD dan Muhammad Daffa Fadhil Utama kelas 9 SMP. Anak-anak, baginya tetap skala prioritas di sela pekerjaan padatnya.

"Saya tetap menyiapkan sarapan dan bekal mereka. Kemudian pulang kerja saya nemenin anak-anak dan bacain buku cerita sebelum tidur," imbuh Yuli yang tinggal di Jl Sekadau, Komplek Untan, No P 76 itu.

Senang Lihat Pasien Sembuh
Melihat pasien tersenyum riang gembira lantaran dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya merupakan dambaan semua dokter, tak terkecuali Yuli. Kepuasan yang intim seketika meliputi perasaan Yuli manakala menyaksikan pasien yang ditanganinya bahagia dengan kesembuhannya. Terlebih bila pasien tersebut, kembali dapat melihat.

"Melihat pasien yang tadinya sakit matanya kemudian sembuh merupakan kenyataan yang sangat-sangat menyenangkan saya. Artinya dapat memberikan penglihatan yang lebih baik . Apalagi jika pasien itu bisa melihat lagi, bisa mengaji, melihat cucu-cucunya, pokoknya sangat menyenangkan," ujarnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved