Ritual Nyabak, Ucapan Syukur Dayak Bakatik Kepada Nyabata
Rangkaian acara penutupan Festival Budaya Dayak ke-1 Kalimantan Barat diisi dengan upacara adat dari suku Dayak Bakatik
Penulis: Anesh Viduka | Editor: Madrosid
Ritual Nyabak, Ucapan Syukur Dayak Bakatik Kepada Nyabata
BENGKAYANG - Rangkaian acara penutupan Festival Budaya Dayak ke-1 Kalimantan Barat diisi dengan upacara adat dari suku Dayak Bakatik, Desa Binua Sejarik, Kecamatan Ledo, Kabupaten Bengkayang.
Dalam upacara adat ini mereka menampilkan dua macam ritual adat, yakni Nyabak dan Bari Barajok.
Nyabak artinya ucapan syukur kepada Nyabata (Tuhan) terhadap hasil bumi, hasil panen.
Dalam upacara adat ini ada sesajian yang terdiri dari pangadap, pangadap ini ada beras, kemudian di atasnya disimpan telur ayam, ada buah pinang, sirih, kemudian ada lemang, sungke.
"Sesajiannya banyak, kemudian ada beberapa jenis ikan kita pakai, yang disebut sengkotop, sengkotop itu artinya tempat sesajian kita memanggil Nyabata (Tuhan), memanggil roh-roh leluhur kita," jelas pengurus sanggar Bapanta Binua Sejarik Baya,Timotius Taim, saat mengkoordinir upacara adat Nyabak di Ramin Bantang, Kabupaten Bengkayang, Kamisn(11/7/2019) petang.
Kemudian yang kedua ada ritual adat Bari, bari ini semacam baliatn (bedukun), untuk minta kesembuhan kepada Nyabata Bawak, untuk membantu umat manusia yang sakit atau yang kurang sehat.
Baca: Kepala SMP Swasta Keluhkan Ada PPDB Gelombang Kedua
Baca: KLASEMEN Liga 1 2019 - Hattrick Alex Goncalves Bawa Persela Lamongan Keluar Zona Degradasi
Baca: Klasemen Gelar Juara BWF World Tour - Indonesia Peringkat 3 Usai Canada Open 2019
Dalam ritual ini ada perahu barajok (sampan) yang digantung di atas para tetua melakukan ritual.
"Artinya begini ketika orang sakit itu dia mudik sungai Ledo tu, lalu dia pergi ke gunung bawak, dia minta kepada Nyabata Bawak minta obat untuk mengobati orang yang sedang sakit, pakai apa dia pergi ya pakai perahu ini, tapi sebelum dia pergi dia mandi dulu di Suana Mas," jelas Taim.
Taim mengatakan masyarakat Dayak sebelum memeluk agama, mempercayai bahwa hubungan dia dengan roh-roh leluhur itu masih ada, dalam bentuk seperti ini dia datang.
"Tapi hari ini tadi udah dikasi pesan dia tidak datang,datang tapi hanya melihat, tidak macam-macam, tadi udah dibuat adat di rumah, jadi sebelum kita mainkan perlengkapan ini kita sudah buat adat pakai ayam betaji, nanti malam berangkat, nah besok mau simpan barang ini kembali pakai adat lagi disimpan di tempatnya, jadi ndk disimpan sembarangan ini barang," katanya.
"Nyabata menurut kami itu ada yang penunggu gunung bawak ya, artinya kuasa Nyabata tu dimana-mana tetapi menurut hematnya orang Dayak,khususnya Dayak Bakatik, maka kami menyebutnya gunung bawak, bukan gunung bawang," katanya.
Dikatakan Taim, ritual nyabak yang sesungguhnya mereka lakukan itu selama 7 hari berturut-turut, jadi hari ke-8 pagi baru selesai, pada kesempatan ini dikatankannya hanya memperagakan adat budat Nyabak jadi hanya dilakukan beberapa jam saja.
"Tapi itupun pakai ayam, ayam tu artinya apa, yang kita sudah panggil roh leluhur tadi tu dia kita kembalikan ke tempatnya masing-masing, mungkin yang tinggal di bukit kembali ke bukit, yang tinggal di gunung kembali ke gunung dan sebagainya, itulah hubungan manusia dayak ini dengan Nyabata-nyabata yang ada digunung dan sebagainya," Ujar Taim.
Ia mengatakan upacara adat ini ditampilkan pada kesempatan Festival Budaya ini untuk mengajak generasi muda Dayak agar mengetahui seperti apa cara orang tua mereka dahulu mengucap syukur kepada Tuhan.