Waspada!, Hoaks atau Berita Bohong lebih Berbahaya dari Terorisme dan Rasisme
Sekitar 53 persen mengatakan tanggung jawab memperbaiki krisis berita palsu ada pada wartawan, tetapi mengatakan masyarakat sendiri yang paling
Penulis: Rihard Nelson Silaban | Editor: Rihard Nelson Silaban
Waspada!, Hoaks atau Berita Bohong lebih Berbahaya dari Terorisme dan Rasisme
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kini ancaman berita bohong atau hoaks ternyata lebih berbahaya dibandingkan terorisme.
Setidaknya itu digambarkan dari hasil survei yang dilakukan di Amerika Serikat, negara yang terkenal dengan demokrasinya.
Warga 'Paman Sam' menyebutkan bahwa hoaks kini sudah menjadi sumber masalah yang besar.
Hasil jajak pendapat terbaru menunjukkan, separuh orang dewasa Amerika mengatakan berita palsu alias hoaks adalah masalah yang lebih besar daripada rasisme, terorisme, atau perubahan iklim.
Survei oleh Pew Research Center, yang dirilis Rabu (5/6/2019), menemukan bahwa sekitar 50 persen dari mereka yang mengikut jajak pendapat mengatakan berita palsu adalah "masalah yang sangat besar" di Amerika.
Baca: Ketum PD Muhammadiyah: Jangan Sebar Hoaks di Medsos, Jadi Rusak Akal Budi Ditempa Selama Ramadan
Baca: Bawaslu RI Beri Tips Agar Tidak Jadi Penyebar Hoaks, Polri : Hoaks & Ujaran Kebencian Meningkat
Baca: Jubir BPN Andrea Rosiade Sebut Hoaks Pesan Berantai Sebut Prabowo Akan Pimpin Demo Usai Salat Jumat
Sebagai perbandingan, sebanyak 46 persen menyebut perubahan iklim sebagai "masalah yang sangat besar"; 40 persen mengatakan hal yang sama tentang rasisme dan 34 persen mengatakan hal yang sama tentang terorisme.
Sekitar 68 persen dari 6.000 orang yang ditanyai dalam jajak pendapat mengatakan berita palsu memengaruhi kepercayaan mereka terhadap lembaga pemerintah.
Sebagian besar dari mereka, sekitar 57 persen, mengatakan mereka menyalahkan para politisi dan staf mereka atas adanya berita dan informasi palsu itu.
Jumlah itu jauh lebih banyak daripada mereka yang menyalahkan media, yaitu sebanyak 36 persen.
Sebanyak 53 persen menyalahkan para aktivis.
Tetapi kebanyakan dari mereka juga percaya bahwa wartawan, bukan politisi, bertanggung jawab memperbaiki masalah itu.
Sekitar 53 persen mengatakan tanggung jawab memperbaiki krisis berita palsu ada pada wartawan, tetapi mengatakan masyarakat sendiri yang paling bertanggung jawab untuk menguranginya.
Dari 52 persen orang Amerika yang mengatakan mereka sendiri telah menyebar berita palsu.
Sebagian besar mengaku ketika menyebar berita itu, mereka tidak tahu bahwa itu berita palsu.
Baca: Satgas Yonmek 643/Wns Gagalkan Upaya Penyelundupan Barang Ilegal di Perbatasan
Baca: Presiden Jokowi dan Jan Ethes Bersilaturahmi dengan Masyarakat Yogyakarta
Baca: Kapolda Kalbar Sekeluarga Kunjungi Rumah Wagub Ria Norsan dan Wali Kota Pontianak
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Survei Terbaru: Hoax Lebih Berbahaya dari Terorisme