Pengantin ISIS Paling Dicari Tewas dalam Serangan Udara Koalisi Amerika
Dia sudah memulai kehidupan baru di Suriah. Dia menikah lagi namun tidak mempunyai anak
Pengantin ISIS Paling Dicari Tewas dalam Serangan Udara Koalisi Amerika
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, BAGHOUZ - Seorang pengantin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang menjadi buronan paling dicari dikabarkan tewas dalam serangan udara di benteng terakhir mereka pekan lalu.
Hayat Boumeddiene tewas dalam serangan udara koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) di sebuah bunker yang disebut sebagai "Rumah Perancis", dilaporkan Daily Mail Rabu (6/3/2019).
Kabar itu diungkapkan Dorothee Macquere, salah satu pengantin ISIS lain yang melarikan diri dari desa Baghouz, berlokasi di perbatasan Irak itu.
Boumeddiene kabur dari Perancis setelah suaminya, Amedy Coulibaly, menyerang supermarket di Paris dan membunuh seorang polisi wanita serta empat sandera, pada Januari 2015.
Serangan Coulibaly itu terjadi beberapa hari setelah dua ekstremis bersaudara Cherif dan Said Kouachi membantai staf majalah mingguan satir Charlie Hebdo.
Coulibaly terbunuh dalam serbuan polisi Perancis. Sementara Kouachi bersaudara tewas dalam serangan lain. Serangan mereka bertiga dilaporkan telah membunuh 17 orang.
Baca: Protes Polisi Tangkap Dosen UNJ Robertus Robet, Politisi PSI Ingatkan Dwi Fungsi ABRI Masa Lalu
Penyelidik Perancis kemudian memburu Boumeddiene untuk mengusut serangan yang dilakukan suaminya. Namun, dia dikabarkan kabur ke Suriah dalam keadaan hamil.
Segera, ISIS mempublikasikan wawancara dengan Boumeddiene dalam bahasa Perancis dan Inggris, menyerukan kepada perempuan untuk sabar dan memudahkan hidup suaminya.
"Dia sudah memulai kehidupan baru di Suriah. Dia menikah lagi namun tidak mempunyai anak," kata Macquere dari padang gurun yang dikuasai Pasukan Demokratik Suriah (SDF).
Perempuan keturunan Maroko itu berkata Boumeddiene pernah memberitahunya dia sama sekali tidak mengetahui rencana suaminya maupun serangan di Charlie Hebdo.
Adapun Macquere merupakan pengantin ISIS yang suaminya Jean-Michael Clain tewas setelah menderita luka pasca-serangan udara koalisi AS pada 20 Februari.
"Tidak ada rumah sakit. Saya mencoba merawatnya, namun beberapa bagian tubuhnya sudah robek. Dia sangat menderita," ujar perempuan 38 tahun tersebut.
Jean-Michael merupakan adik dari Fabien Clain, anggota ISIS lain yang dijuluki sebagai "Suara Paris" setelah pembantaian di ibu kota Perancis itu pada 13-14 November 2015.
Serangan yang menargetkan konser musik di Bataclan dan Stade de France saat laga uji coba timnas Perancis versus Jerman itu menewaskan 137 orang termasuk pelaku.
Baca: Tahun Ajaran Baru Gubernur Kalbar Salurkan Beasiswa Gratis Pada Siswa SMA & SMK