Kisah Penumpang Wings Air Pembawa Sajam yang Batal Yudisium

Penumpang pesawat Maskapai Wings Air yang membawa senjata tajam (Sajam) berinisial OS (23) di Bandara Rahadi Oesman Ketapang menyesali perbuatannya

Penulis: Nur Imam Satria | Editor: Muhammad Firdaus
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/NUR IMAM SATRIA
Barang bukti benda tajam yang diamankan di Mapolres, Selasa (22/1/2019). Kanan: Calon penumpang OS. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KETAPANG - Penumpang pesawat Maskapai Wings Air yang membawa senjata tajam (Sajam) berinisial OS (23) di Bandara Rahadi Oesman Ketapang menyesali perbuatannya. Ia mengaku terbang ke Bandung untuk menghadiri yudisium, di kampusnya, hari ini, Kamis (24/1/2019).

"Jujur saya orangnya pendendam, tetapi kalau sudah seperti ini saya menyesali perbuatan saya,” ujar OS saat diwawancarai Tribun, di Mapolres Ketapang, Rabu (23/1/2019).

OS, asal Kendawangan, Ketapang merupakan mahasiswa di sebuah Sekolah Tinggi swasta di Kota Bandung, Jawa Barat. Akibat kejadian ini, ia terpaksa harus menunda pelaksaan wisuda karena harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di Mapolres Ketapang.

"Saya ke Bandung itu untuk kembali kuliah, dan rencananya akan yudisium, besok (hari ini-red)," sebut OS.

“Ke depan untuk yudisium itu, entah ditunda atau dibatalkan saja, saya tidak tahu," imbuhnya.

Baca: Korupsi Oknum PNS Cipta Karya Sanggau Divonis 1,4 Tahun

OS mengaku terpancing emosi saat pihak dari maskapai Wings Air menjelaskan total harga bagasi yang harus dilunasi. OS mengaku tidak terima harus membayar Rp 671 ribu untuk barang yang dibawanya di konter check-in.

"Barang yang saya bawa itu beratnya 10 Kg, terus mereka mengenakan biaya Rp 600 ribuan. Terus saya tanya per kilonya berapa? Meraka jawab Rp 25 ribu untuk dari Ketapang ke Pontianak, terus saya hitung biayanya tidak sesuai dengan yang mereka pinta. Di situ terjadi cek-cok dan tidak ada solusi, maka saya ambil tas dan emosi saya meluap," tutur OS.

Dengan emosi yang meluap, OS memutuskan mengambil senjata tajam miliknya di indekos temannya yang tidak jauh dari bandara. OS berniat menghampiri pihak maskapai Wings Air yang berada di konter check-in, lantaran tidak diberikan solusi atas barang bawaannya.

"Itu saya belum kesurupan, mungkin kalau saya kesurupan bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” katanya.

Baca: Resmikan PKS PT GRS, Karol: Jangan Main Pagar

Maskapai Enggan Komentar

Sementara itu, Manajemen Maskapai Wings Air saat dikonfirmasi enggan memberikan tanggapan mengenai calon penumpangnya yang mengamuk akibat pengenaan biaya bagasi yang dinilai terlalu mahal.

Satu diantara staff maskapai, Aldi mengatakan, dirinya dan pihak manejemen lainnya tidak dapat memberikan komentar dan informasi apapun terkait kejadian tersebut.

"Maaf bang tidak bisa komentar apa-apa. Manajer saya menyuruh untuk tidak berkomentar apapun. Maaf, yah," sebut Aldi saat ditemui di kantor manajemen Wings Air di Bandara Rahadi Oesman Ketapang.

Bentuk Reaksi

Anggota DPRD Kabupaten Ketapang, Abdul Sani menyebut kejadian keributan yang terjadi di Bandara Rahadi Oesman Ketapang merupakan suatu bentuk reaksi dari masyarakat, khususnya di Ketapang terhadap kebijakan Maskapai Wings Air yang saat ini telah mengenakan biaya bagasi pada setiap penumpangnya. Ia menuding bahwa pihak maskapai sebagai suatu perusahaan penerbangan saat ini keberadaannya sudah tidak lagi melihat fungsi sosial.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved