Komentar Dosen Bimbingan Konseling IKIP PGRI Pontianak Terkait Fenomena Anak Punk
Kamaruzzaman berikan tanggapan terkait dengan karakter anak punk termasuk kedalam konsep perkembangan anak Children See and Children Do
Komentar Dosen Bimbingan Konseling IKIP PGRI Pontianak Terkait Fenomena Anak Punk
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID,PONTIANAK - Wakil Dekan II Fakultas IPPS IKIP PGRI Pontianak Kamaruzzaman juga sebagai Dosen Bimbingan dan Konseling berikan tanggapan mengenai fenomena anak punk yang banyak dijumpai di Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Kamaruzzaman berikan tanggapan terkait dengan karakter anak punk termasuk kedalam konsep perkembangan anak Children See and Children Do (Apa yang dilihat apa yang dilakukan), Senin (14/1/19).
"Apa yang dilihat dianggap sesuai dengan trend sekarang. Jadi anak mengganggap sesuai dengan kebutuhan dalam masa perkembangannya. Jadi anak cenderung untuk melakukan hal tersebut," ujar Kamaruzzaman kepada Tribun Pontianak.
Baca: Rutan Putussibau dan Imigrasi Kelas III Non TPI Putussibau Deklarasi Janji Kinerja 2019
Baca: Doa Agar Terbebas dari Lilitan Hutang, Ustadz Abdul Somad Ungkap Rasulullah SAW Mengajarkan Doa Ini
Ia mengatakan bahwa salah satu faktor penyebabnya adalah karena banyak kekosongan waktu dari anak yang tidak diisi dengan hal yang bermanfaat untuk dirinya sendiri.
"Dasarnya adalah perhatian orang tua, biasanya anak walaupun sudah dapat perhatian orang tua kadang-kadang tetap mengarah kepada hal yang kurang baik, karena waktu untuk kegiatan mengembangkan potensi dan bakat itu mungkin tidak ada," ujarnya kembali.
Prilaku anak juga cerminan dari lingkungan dimana ia tumbuh dan bergaul. Jadi apa yang dilihat dilingkungan cenderung diikutinya.
"Contoh dilingkungan banyak anak-anak yang terjebak pada prilaku anak punk sehingga anak mulai ikut ajakan. Saat anak sudah ikut dalam perkumpulan dan merasa senang, sesuatu yang membuat senang akan dilakukan anak berulang-ulang," ujarnya.
Kalau prilaku anak sudah terlanjur mengarah ke hal yang dianggap negatif, peran orang tua adalah harus berupaya memasuki dunia anak itu sendiri.
Misalnya anak sudah bergabung pada kelompok tertentu. Coba kita masuk kedalam kelompok itu bukan untuk ikut-ikutan tetapi menggali informasi lewat beberapa anak yang bersangkutan.
Baca: Cawapres Sandi Uno Dukung Pemekaran Kapuas Raya
Baca: Ini Nama 24 Pejabat Fungsional Yang Dilantik Gubernur Kalbar di BPSDM Kalbar
Coba gali apa kegiatan mereka. seandainya positif tinggal diarahkan ke hal yang lebih positif lagi, tapi kalau negatif orang tua harus mengatur agar ada kegiatan yang bisa membawa anak lebih sibuk dibandingkan dengan hal seperti itu.
"Bisa berikan anak les, belajar agama (TPA), Kumpul dikegiatan yang bermanfaat," ujar Kamaruzzaman.
Mereka sudah masuk pada generasi Nativ atau generasi digital (milenial). Pertama untuk mengubah prilaku anak harus memahami karakter mereka, apa yang mereka inginkan, apa potensi yang ada di diri mereka.
Kamaruzzaman mengatakan terkadang banyak juga anak-anak yang ikut kegiatan kumpul-kumpul positif untuk mengembangkan diri. Cuma terkadang ada juga mereka yang terjebak kepada hal yang negatif misalnya kumpul dalam kategori anak punk.
Selama ini orang menganggap anak punk citranya negatif karena kegiatan yang dilakukan tidak menunjukan hal-hal yang berbau positif dan bermanfaat.