73 Tahun Indonesia Merdeka, Kampung Telayar Belum Teraliri Listrik

73 tahun sudah Indonesia telah merdeka dari penjajahan, namun ternyata tak semua masyarakatnya di 2019

Penulis: Ferryanto | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/FERRYANTO
Jembatan Kayu dari Raya menuju Lounge Telayar. 

Laporan wartawan Tribun Pontianak Ferryanto

TRIBUN PONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - 73 tahun sudah Indonesia telah merdeka dari penjajahan, namun ternyata tak semua masyarakatnya di 2019 ini merasakan sepenuhnya Kemerdekaan.

Satu di antara masyarakat yang merasa belum merdeka adalah masyarakat Kampung telayar, Dusun tekam, Desa sejegi, Kecamatan Mempawah Timur, kabupaten Mempawah.

Kampung Telayar yang di huni oleh 37 KK dan sekitar 108 Jiwa ini hingga kini masih belum di aliri listrik, serta akses untuk masuk ke Kampung ini pun sangat sulit, dan mirisnya Kampung Telayar ini sendiri masih masuk Kecamatan Mempawah timur, yang notabene tak terlalu jauh dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Mempawah yang terletak di Kecamatan Mempawah Hilir.

Baca: Penangkapan Tersangka Pencurian di Rumah Warga, Kapolsek Beberkan Kronologinya

Baca: Kurang Dari 24 Jam, Unit Reksrim Polsek Pontianak Kota Amankan Tersangka Pencurian di Rumah

Bila dari pusat Kota Mempawah yakni Kecamatan Mempawah Hilir, kampung ini dapat di tempuh dengan waktu sekitar 1 Jam perjalanan melalui darat, melalui jalan Kabupaten yakni jalan Pangsuma yang menghubungkan kecamatan Mempawah Timur dan Kecamatan Anjongan.

Selepas jalan utama, akses masuk ke Kampung telayar ini hampir sepanjang 5 km jalan masih berbentuk tanah kuning dengan lebar sekitar 4 meter.

Begitu hendak masuk ke akses kampung ini, maka kita akan disambut dengan jembatan penghubung dari Kayu - kayu besar yang di susun memanjang, bentuk jembatan kayu ini pun termasuk bukan kategori aman.

di awal perjalanan maka kita akan langsung menikmati medan jalan yang cukup sulit, terlebih dalam keadaan di musim hujan, lubang berlumpur di kanan dan kiri jalan akan dilalui hampir sekitar setengah perjalanan, dan sisanya yakni jalan tanah kuning yang licin dikala hujan dan berdebu di kala kering.

Baca: TRIBUN WIKI: Nikmati Bubur Ayam Jakarta Di Kota Khatulistiwa

Baca: Muspika Sengah Temila Gelar Natal Bersama

Tak hanya sampai disitu, ketika di pengujung jalan, untuk masuk akses ke pemukiman warga, kita harus melalui lagi gertak sepanjang sekitar 100 meter lebih yang dibuat oleh masyarakat.

Gertak ini terdiri dari 3 papan besar dan panjang yang disusun memanjang, sehingga di antara papan ini masih ada celah, dengan dikanan dan kiri sungai. Dan di jembatan kayu ini tidak memungkinkan untuk menggunakan kendaraan disini, karena bila pengendara sedikit lengah maka akan langsung jatuh ke air.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved