Kadis Pertanian: Pertemuan Ini Untuk Evaluasi dan Proyeksi Program Yang Sudah Berjalan
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sambas Yayan Kurniawan mengatakan kegiatan temu penyuluh pertanian Se-Kabupaten Sambas
Penulis: Muhammad Luthfi | Editor: Madrosid
Laporan Wartawan Tribun Pontianak M Wawan Gunawan
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sambas Yayan Kurniawan mengatakan kegiatan temu penyuluh pertanian Se-Kabupaten Sambas itu akan membahas tentang proyeksi dan evaluasi terkait program yang sudah berjalan.
Ia menjelaskan, saat ini jumlah penyuluh pertanian di Kabupaten Sambas hanya ada 120 orang. Sementara Sambas memiliki 193 Desa, itu artinya Sambas masih kekurangan penyuluh pertanian.
"Jumlah PPL kita saat ini yang PNS 84 orang, tenaga harian lepas dan bantuan sebanyak 25 orang, jabatan fungsional 6 orang dan honor daerah 7 orang. Jadi ada kurang lebih 120 orang PPL di Sambas, memang kami rasakan ini kurang, karena kita ada 193 Desa," ujarnya, Rabu (14/11/2018).
Baca: Polisi Sasar Pelajar Berikan Pemahaman Tentang Bahaya Narkoba
Untuk mengantisipasi kekurangan tersebut, Yayan mengatakan Departemen Pertanian, Kementerian Pertanian RI ada program PPL swadaya dan PPL swasta.
Dengan demikian kedepannya kekurangan jumlah penyuluh pertanian itu akan di isi oleh PPL swadaya.
"Jadi langkah yang kita ambil kita sesuai aturan ada PPL swadaya dan PPL swasta, kedepannya ini juga sudah di program Departemen Pertanian untuk menumbuh kembangkan PPL swadaya, untuk menutup kekurangan," jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, kegiatan hari ini juga dalam rangka proyeksi untuk program-program pertanian kedepannya. Menurutnya, Sambas yang berada di daerah perbatasan telah di tetapkan oleh Presiden RI sebagai daerah lumbung pangan yang berorientasi pada ekspor.
Dengan demikian, untuk menghadapi dan mensukseskan hal tersebut maka perlu dilakukan penguatan secara kelembagaan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian sebelum di ekspor.
"Karena kita di perbatasan, jadi di tetapkan sebagai lumbung pangan yang berorientasi pada ekspor karena kita di perbatasan. Cuma untuk itu kita perlu penguatan kelembagaan, karena ada kualitas standar ekspor yang perlu kita penuhi," jelasnya.
Untuk diketahui, tahun lalu Sambas telah me produksi kurang lebih 280 ribu ton gabah kering giling. Dan dengan hasil produk tersebut Sambas mengalami surplus beras.
"Kalau di 2018 belum ada angka, kalau di 2017 ada kurang lebih 280 ribu ton lebih gabah kering giling. Itu kita surplus, karena untuk satu orang perhari itu 0,54 kilogram. Jadi kalau di total kan dengan cadangan pangan hanya 50 persen yang kita konsumsi. Jadi ini bisa di pasarkan karena kita surplus," tuturnya.
Ia juga menjelaskan, peluang ekspor produk pertanian itu sangat terbuka. Karena daerah-daerah yang bersinggungan dengan Sambas seperti Kucing dan Serawak juga memerlukannya, terutama untuk hasil pertanian berupa beras.
"Untuk informasi, kucing dan Serawak itu impor 1 juta ton beras setiap tahunnya. Selama ini mereka impor dan Vietnam dan Thailand. jadi peluang kita ada, hanya saja kita perlu persiapan untuk itu," tutur Yayan.