Direktur BNPT Sebut Para Pelaku Teroris Merupakan Orang Yang Berilmu Cerdas
Hal ini disampaikan pada dialog publik yang bertajuk "Meminimalisir Gerakan Radikalisme Dilingkungan Kampus", yang diadakan PMII
Laporan Wartawan Tribun Pontianak David Nurfianto
TRIBUN PONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK,- Direktur Pencegahan Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT), Brigjen. Pol. Ir. Hamli mengatakan dialog publik yang bertajuk "Meminimalisir Gerakan Radikalisme Dilingkungan Kampus" guna untuk mencegah paham-paham radikalisme di Kalbar.
"Karena sudah sering terjadinya penangkapan terorisme , akan tetapi tidak mengurangi jumlah kasus terorisme, malah menambah jumlah penangkapan kasus terorisme hingga tahun ini," ujarnya
Baca: Sekretaris PW NU Kalbar : Kampus Merupakan Sasaran Empuk Gerakan Radikalisme
Baca: Ketua Umum PC PMII Kota Pontianak: Dialog Publik Guna Beri Pengetahuan Mahasiswa Tentang Radikalisme
Hal ini disampaikan pada dialog publik yang bertajuk "Meminimalisir Gerakan Radikalisme Dilingkungan Kampus", yang diadakan PMII di Aula Magister Ilmu Sosial Untan, Jl. Prof. Dr. Hadari Namawi, selasa (30/10/2018) sore.
Ia menutukan teroris ini dalam setiap melakukan aksinya, selalu mendoktrinasi atau cuci otak kepada orang lain bahwa melakukan hal tersebut merupakan jihad.
Dimana unsur agama paling banyak digunakan, apalagi dengan iming-iming pahala dan surga hanya untuk melakukan bom bunuh diri.
"Terakhir kasus bom gereja dengan motif agama, dan jaminan surga. Dan hal ini harus segera diluruskan oleh kita sebagai mahasiswa," ucapnya.
Tambahnya paham yang keliru ini mudah disebarkan kepada mahasiswa, apalagi mahasiswa baru yang masih polos pemikirannya.
Karena rata-rata para pelaku teroris merupakan orang yang berilmu, cerdas, dan lulusan universitas ternama di Indonesia.
"Suriah menjadi salah satu tujuan para teroris untuk melakukan jihad, dengan memasukkan paham radikalisme untuk memperkeruh suasana," ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa tempat-tempat ibadah menjadi salah satu target tujuan para pelaku terorisme, dengan mengharapkan semua orang bisa mengikuti paham mereka.
Proses teroris menjadi terorisme melalui proses yang panjang, mulai dari perilaku intoleransi, membuat paham radikalisme, dan terakhir menjadi terorisme.
Potensi ancaman radikalisme ke bentuk terorisme dimulai dari cara halus yakni mengajak orang untuk satu pemikiran dengan dirinya dan lama kelamaan semakin berkembang untuk berbuat aksi terorisme.
"Hampir 50 persen pelaku tindak terorisme berlandaskan ideologi agama, disusul dengan rasa solidaritas sesama aliran keras, dan dilandasi motif balas dendam," tuturnya.
Hamli mengungkapkan bahwa untuk di Kalbar masih dalam kondisi aman, namun patut diwaspadai karena pastinya akan ada potensi-potensi terorisme di Kalbar.
"Harapannya hal ini, dapat diantisipasi oleh mahasiswa dan pihak perguruan tinggi, agar faham-faham seperti ini tidak lagi ada di lingkungan perguruan tinggi," pungkasnya.