PLN Siagakan Petugas 24 Jam dari Mesin Pembangkit hingga Unit Layanan Pelanggan
Di Gardu Induk inilah, tegangan tinggi listrik dari 150 kV turun menjadi 20 kV. Kapasitas masing-masing Gardu Induk juga disesuaikan
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Untuk meningkatkan mutu layanan kepada masyarakat, PLN Kalimantan Barat membangun sistem interkoneksi dalam penyaluran dan pendistribusian energi listrik yang menghubungkan beberapa wilayah Kabupaten/Kota. Interkoneksi ini lebih kita kenal dengan sebutan sistem kelistrikan Khatulistwa.
Listrik yang masuk dalam sistem khatulistiwa ini tersuplai dari PLTU 3, Tanjung Gundul Bengkayang. Lalu dari Malaysia, dan kemudian pembangkit listrik lainnya.
Humas Unit Induk Wilayah Kalbar menjelaskan pembagian daya listrik ini dilakukan di ruang Regional Control Center (RCC) di Area Penyaluran dan Pengaturan Beban (AP2B).
Di ruang inilah petugas mengatur jumlah beban yang dipakai dan disuplai dari pembangkit. “Jika kurang dan beban tinggi, maka suplai listrik harus ditambah dari beberapa pembangkit
yang sudah siaga,” jelasnya saat mengajak jurnalis berkeliling Gardu Induk milik PLN, Rabu (24/10/2018).
Baca: PLN Bangun Interkoneksi Guna Meminimalisir Kekurangan Daya
Baca: PLN Amankan Pasokan Listrik untuk Menunjang Kegiatan HUT Kota Pontianak
Baca: MoU Bersama PLN, Edi Kamtono Tegaskan Menata Ulang Penerangan Jalan Umum
Dari ruangan ini juga dibagi kebutuhan daya untuk masing-masing Gardu Induk. Di sistem interkoneksi khatulistiwa ada 11 gardu induk. 1 GITET Bengkayang, GI PLTU 3, Singkawang, Sambas, Senggring (Mempawah), Ngabang, Siantan, Sei Raya, Kota Baru, Parit Baru dan Tayan.
Di Gardu Induk inilah, tegangan tinggi listrik dari 150 kV turun menjadi 20 kV. Kapasitas masing-masing Gardu Induk juga disesuaikan dengan kebutuhan daya dan jumlah pelanggan yang berada dalam kawasan Gardu Induk.
Lantas apakah dari gardu induk listrik sudah bisa tersuplai ke pelanggan? Belum, sebab tegangan listrik harus diturunkan lagi baru disuplai. Tegangan 20 Kv diturunkan menjadi 220 volt. Penurunan tegangan menggunakan trafo di setiap penyulang. Secara keseluruhan di sistem khatulistiwa ada 120 penyulang.
Setelah diturunkan, baru listrik didistribusikan ke rumah-rumah pelanggan. Listrik pun bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti kulkas, televisi, rice cooker, setrika dan peralatan yang membutuhkan energi listrik lainnya.
Lalu apakah sampai disitu saja? Tidak pembagian listrik ke penyulang dilakukan diawasi di Unit Pelaksana Pengatur Distribusi (UP2D) Kalbar. Ada petugas yang selalu mengawasi monitor yang menggambarkan keberadaan penyulang.
Baca: Suasana Sosialisasi Kepmen LHK Terkait Rangkong Gading
Baca: Pengungkapan Kasus Satwa Ilegal, Ini Kata Kapolda Kalbar
Baca: Wabup Askiman Minta Desa Pilot Project P2-Emas Serius Kembangkan Usahanya
Petugas bertugas selama dua puluh empat jam, 7 hari dalam seminggu, nyaris nonstop tanpa berhenti untuk memastikan setiap penyulang bekerja dengan baik sehingga tidak ada gangguan.
“Dari monitor itu juga bisa terpantau langsung jika ada penyulang yang mengalami gangguan, dengan begitu perbaikan harus segera dilakukan,” rincinya lagi.
Bersiaganya petugas selama 24 jam setiap hari dimulai dari Mesin pembangkit, di ruangan RCC pada di Area Penyaluran dan Pengaturan Beban (AP2B), di ruang DCC, hingga Dinas Gangguan yang terdapat di Unit-unit Layanan Pelanggan.
Biasanya ada delapan petugas yang disiagakan. Dibuat empat regu, dengan dua orang untuk satu regu. Selama setiap hari, tiga regu bertugas. Satu regu bertugas selama delapan jam. Artinya pengawasan itu dilakukaan disaat pelanggan terlelap tidur.
Oleh karena itu proses memastikan kehandalan itu tidak pada kesiapan mesin pembangkit serta jaringan distribusi saja. Ada sumber daya manusia yang bertugas disana.
Berjaga selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu untuk memastikan pasokan listrik terjamin dan dengan kualitas yang baik pula, tidak ada gangguan. Jika pun ada, maka harus dipastikan perbaikan tidak memakan waktu lama, sehingga tidak menuai kecewa dari pelanggan.