Banyak Nilai Kehidupan Yang Terkandung Dalam Saprahan
festival saprahan tingkat pelajar khususnya SMP-SMA di Kota Pontianak sebagai upaya pelestarian budaya.
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Syahroni
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pelaksanaan festival saprahan tingkat pelajar khususnya SMP-SMA di Kota Pontianak terus dilakukan beberapa tahu bahwa terakhir ini sebagai upaya pelestarian budaya.
Pengamat sejarah Kalbar sekaligus juri dalam festival saprahan tingkat SMP-SMA se Kota Pontianak, Syafarudin Usman menuturkan banyak nailai-nilai yang tersirat dalam saprahan ini, sehingga perlu diteruskan pada generasi yang ada.
"Dalam rangka melestarikan nilai-nilai tradisional di Kota Pontianak, makan saprahan ini merupakan tradisi gotong royong, kesetiakawanan, sosial kemasyarakatan dan filsafat yang terkandung didalamnya antara lain, kebersamaan, kekeluargaan mempererat tali silaturrahmi antar sesama," ucap Syafarudin Usman saat diwawancarai, Rabu (3/10/2018).
Baca: DPRD Sintang Janji Bantu Kades yang Gigih Memperjuangkan Potensi Desanya
Penyelenggaraan budaya secara terus menerus ini diharapkan Pontianak tak ingin kehilangan identitas dari nilai-nilai tradisi.
Lebih-lebih lagi menurutnya saprahan ini telah mendapatkan pengakuan secara nasional sebagai warisan budaya tak benda.
"Oleh sebab itu, dari tingkat SMP dan SMA sampai dewasa pemerintah dan kita semua ini mempunyai kewajiban untuk memberikan suatu pemahaman agar mereka mengenal lebih dekat nilai-nilai yang terkandung itu," ujarnya.
Memang latar belakang dari makan bersaprah ini, diawali dengan tradisi masyarakat Melayu. Tapi setelah menjadi masyarakat yang majemuk dan ini menjadi kebudayaan lokal Kalbar sebagai nilai tradisional yang harus dimiliki bersama. Didalam bersaprah banyak sekali etika dan nilai yang terkandung.
Didalam festival ini setidaknya ada empat item yang dinilai oleh para dewan juri, Etika, Estetika, Tata Boga dan Busana dari penyaji itu sendiri.
Ia menjelaskan nilai yang terkandung didalam tradisi makan bersaprah menggambarkan tentang rasa persatuan dan kesatuan tanpa ada pembedaan di tengah-tengah masyarakat yang majemuk.
Disampaikan juga bukan berarti makan berseprah itu dominan milik masyarakat melayu, tetapi merupakan kebudayaan dari rumpun melayu yang sudah mengglobal.
"Kalau bisa tradisi seperti ini juga dijadikan sebagai satu tradisi kuliner yang masuk dilingkungan hotel berbintang, kemudian di rumah-rumah makan, ke resto-resto yang ada di Kota Pontianak," ucapnya.
Pentingnya budaya ini di lestarikan karena setiap budaya memiliki nilai-nilai kehidupan seperti bersaprah ini menggambarkan satu nilai kemajemukan yang dikemas dari aneka jenis masakan.
"Ada yang manis, asam, sampai ke yang sifatnya gurih. Semua itu mengandung makna filosofis bahwa masyarakat kita yan komunal ini berawal dari keberagaman," jelasnya Syafarudin Usman.
Spesifiknya makanan berseprah itu dari dulu sampai sekarang ini tetap sama dan hanya itu saja. Diungkapkannya kalau tidak ada perubahan.