Ngerii, Prajurit Papua Nugini Pakai Tulang Ayahnya yang Sudah Mati untuk Senjata
Tulang paha tersebut menjadi semacam ornamen. Namun, selain ornamen, ada fungsi lain dari tulang paha manusia itu.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, TRIBUN - Para prajurit di Papua Nugini menyimpan tulang paha ayah mereka yang sudah mati.
Tulang paha tersebut menjadi semacam ornamen. Namun, selain ornamen, ada fungsi lain dari tulang paha manusia itu.
Fungsi lainnya adalah sebagai belati untuk melukai, membunuh, dan menguliti musuh.
Namun, mengapa mereka memilih menggunakan tulang paha manusia?
Padahal, ada belati dari tulang burung seperti kasuari yang lebih mudah pencariannya.
Para ahli menduga, ada kaitan antara tulang manusia itu dengan simbolisme.
Sebuah studi tak biasa menyimpulkan, tulang paha manusia sebenarnya bukan untuk belati.
Melainkan, lebih sebagai simbol martabat.

Kesimpulan ini muncul dari fakta bahwa desain belati dari tulang manusia berbeda dengan desain belati dari tulang burung.
Nathaniel Dominy dan timnya dari Dartmouth College membandingkan kekuatan tulang kering burung kasuari dengan tulang paha manusia.
Keduanya sama-sama cocok sebagai senjata.
Namun, belati dari tulang manusia lebih bisa bertahan lebih lama.
"Belati dari tulang manusia lebih kuat karena bentuknya sedikit berbeda. Memiliki lengkungan yang lebih besar," kata Dominy beberapa waktu lalu.
"Kami yakin lengkungan itu sengaja untuk meminimalkan peluang patahnya belati selama pertempuran," jelasnya terkait penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Royal Society Open Science tersebut.
Baca: Terkuak Gagal Gali Rahasia Negara, Napi Teroris Habisi 5 Densus 88
Baca: Cari Barang Bukti, Pengacara Sebut Polisi Bor Brankas di Rumah Mantan Perdana Menteri Najib Razak
"Dan mengapa mereka berupaya menghindari risiko patah? Karena, belati dari tulang manusia tersebut mengandung nilai sosial yang tinggi," papar Dominy.