Wasekum PTKP Nilai Hari Buruh dan Hardiknas adalah Refleksi Momentum Perlawanan dan Perjuangan

Hari buruh memiliki semangat perjuangan yang diawali penolakan dari kaum buruh atas jam bekerjanya pada tahun 1806 lalu

Editor: Jamadin
ISTIMEWA
Tio Rizki Kurniawan 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, M Wawan Gunawan

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Memasuki tanggal satu dan Dua Mei 2018 kita tidak bisa melepaskan diri dari hari yang sangat bersejarah di dunia dan di Indonesia itu, Rabu (2/5/2018).

Wakil Sekretaris Umum (Wasekum) Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Kepemudaan (PTKP) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pontianak Tio Rizki Kurniawan mengatakan bahwa, hari Buruh Internasional dan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal tersebut harus dijadikan sebagai sebuah momentum yang sangat tepat bagi perjuangan rakyat khususnya buruh, pemuda dan mahasiswa.

"Pasalnya kedua hari ini muncul karena ada perjuangan rakyat sebelumnya. Perjuangan buruh menuntut upah yang layak, asuransi kerja, hingga penolakan sistem kerja outsourcing menjadi bukti masih adanya penindasan di negeri ini. Sama halnya di sektor pendidikan," ujar Tio.

(Baca: Harus Baca! Mempawah Book Fair, Bursa Buku Murah bagi Semua )

Mahasiswa semester akhir di IAIN Pontianak itu menguraikan munculnya Hari Buruh Internasional yang terkenal dengan May Day merupakan hasil dari perjuangan kaum buruh meraih kendali ekonomi politik dari sektor industri.

Lanjutnya, Hari buruh memiliki semangat perjuangan yang diawali penolakan dari kaum buruh atas jam bekerjanya pada tahun 1806 lalu.

Kemudian pada saat itu, para buruh perusahaan sepatu Cordwainers di Amerika Serikat melakukan aksi demonstrasi untuk menuntut pengurangan jam kerja yang dahulunya 20 jam per hari menjadi delapan jam perhari.

Berawal dari aksi demonstrasi buruh perusahaan sepatu di Amerika Serikat itulah yang kemudian memunculkan gerakan-gerakan perlawanan buruh di berbagai negara.

(Baca: Rizki Kurniawan: May Day dan Hardiknas sebagai Momentum Pencerdasan )

Gerakan-gerakan buruh yang muncul bukan tanpa hambatan, Salah satunya adalah peristiwa Haymarket yang menjadi sorotan karena sejarah represifnya keamanan AS dengan menggunakan polisi untuk melawan dan menembaki para demonstran.

Menurut tio, Hingga saat ini perjuangan kaum buruh masih dilakukan walaupun hanya sekedar untuk memenuhi hak-haknya dan fasilitasnya.

Menurut tio tidak jauh berbeda halnya dengan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), hanya saja penentuan tanggalnya memang mengacu pada tanggal lahir Ki Hajar Dewantara.

Karena beliau dianggap sebagai orang yang paling berjasa memajukan pendidikan umum di Indonesia.

Salah satu upayanya membangun pendidikan di Indonesia adalah dengan merumuskan filosofi "Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri hadayani" yang artinya "Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan".

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved