Pembangkit Listrik Biomassa Pertama Beroperasi di Kalimantan
Kehadiran PLTBM Rezeki ini akan membantu ketercukupan daya listrik di Sistem Khatulistiwa.
Penulis: Nina Soraya | Editor: Nina Soraya
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Pemerintah menargetkan pada 2025 suplai energi secara keseluruhan 23 persennya harus berasal dari Energi Baru Terbarukan (EBT).
General Manager PLN Wilayah Kalbar, Richard Safkaur, mengatakan apa yang telah ditargetkan oleh pemerintah ini maka PLN pun terus bersiap untuk merealisasikannya.
Satu di antaranya yang dilakukan hari ini yang dilakukan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBM) Siantan milik PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestari.
Baca: PLTBM di Siantan Ini Bisa Suplai Daya Listrik Hingga 10 MW
"Ini kan sudah tidak lama lagi. Nah prosesnya kita terus publish ke media. Jadi apa yang jadi target pemerintah PLN sudah lakukan dengan mengandeng investor," katanya usai meresmikan pengoperasian PLTBM Rezeki 1 Siantan, di Desa Wajok, Kabupaten Mempawah, Selasa (24/4).
PLTBM ini merupakan pembangkit yang mulai dibangun pada Desember 2016 ini menggunakan bahan bakar dari energi baru terbarukan, yakni cangkang sawit, sekam padi, tongkol jagung, ampas tebu, serbuk kayu dan limbah pertanian lainnya.
Harga material tersebut berkisar Rp 600/kg. Diperkirakan kebutuhan bahan bakar untuk memproduksi energi listrik setahunnya sebanyak 98.400 ton per tahunnya.
Baca: Keberadaan PLTBM Diharapkan Bantu Suplai Listrik PLN Sintang
Richard menyampaikan dengan kehadiran PLTBM Rezeki ini akan membantu ketercukupan daya listrik di Sistem Khatulistiwa. Tak hanya itu manfaat lain yang dirasakan adalah pekerja lokal bisa terserap di sini.
Pengembangan energi baru terbarukan menjadi salah satu prioritas PLN terutama di regional Kalimantan untuk menggantikan pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak/diesel. Saat ini di Wilayah Kalimantan Barat, presentase pembangkit yang masih menggunakan minyak sebagai bahan bakarnya masih sebesar 44 persen.
Perjanjian jual beli tenaga listrik ini menggunakan skema Build, Own, Operate, Transfer (BOOT) yang mana apabila perjanjian yang telah disepakati bersama dengan kontrak 20 tahun habis, maka pembangkit ini akan menjadi milik PLN, skema tersebut menjadi yang pertama di Kalimantan.
"Dengan beroperasinya pembangkit ini akan memperkuat pasokan listrik di Sistem Khatulistiwa dan menggantikan beberapa pembangkit listrik tenaga diesel yang beroperasi sebelumnya. Ini juga merupakan prestasi bagi kami dan mitra kerja yang profesional menjadikan pembangkit ini yang pertama kali di Kalbar yang menggunakan skema jual beli BOOT," ungkap Richard.
Baca: PLN Klaim Sekadau Daerah Pertama Capai 100 Persen Listrik Prabayar
Ia juga menambahkan bahwa pihaknya telah membangun jaringan untuk mensuplai Sistem Khatulistiwa.
"Kami sudah membangun jaringan listrik tegangan menengah (JTM) 20 kilo-volt sepanjang 5,65 kilo meter sirkit (kms) menuju titik interkoneksi di Gardu Induk (GI) Siantan. Langkah ini sebagai komitmen kami dalam mendukung program pemerintah dan menjalankan bisnis yang berwawasan lingkungan," tambahnya.