Kasus Orangutan Masuk ke Perkebunan Warga Sering Terjadi, Ini Penyebabnya
Ia menjelaskan hutan yang terdegradasi dan terfragmentasi membuat perjumpaan manusia denga orangutan menjadi lebih sering.
Penulis: Subandi | Editor: Madrosid
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Subandi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KETAPANG – International Animal Rescue (IAR) Indonesia dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) SKW I Ketapang melakukan translokasi dua individu orangutan (Pongo pygmaeus) induk dan anak dari Desa Tempurukan, Kecamatan Muara Pawan ke Hutan Sentap Kancang di Kecamatan Muara Pawan, Kamis (12/4/2018).
Direktur Program IAR Indonesia, Karmele L Sanchez mengungkapkan pada pertengahan bulan lalu pihaknya juga melakukan translokasi orangutan di kawasan Taman Nasional Gunung Palung. Menurutnya dalam banyak hal, kasus ini sangat mirip.
Ia menjelaskan hutan yang terdegradasi dan terfragmentasi membuat perjumpaan manusia denga orangutan menjadi lebih sering.
Baca: Sadtata Noor: Semua Punya Tanggungjawab Kasus Orangutan Masuk Perkebunan Warga
Ini artinya kemungkinan terjadinya konflik lebih besa atara manusia dan orangutan.
“Kalau sampai terjadi konflik, baik warga maupun orangutan akan mendapat kerugian,” kata Karmele melalui rilis Media and Communication IAR, Heribertus Suciadi kepada wartawan di Ketapang, Senin (16/4/2018).
Ia menegaskan translokasi semacam ini hanyalah solusi sementara karena tidak menjamin kasus serupa akan berulang lagi.
Solusi sebenarnya adalah bagaimana semua masyarakat dan pemangku kepentingan dan lain-lain.
“Termasuk pihak pemerintah dan perusahaan bekerja sama menghentikan deforestasi dan degradasi lahan. Harapan kami adalah warga masyarakat dan orangutan dapat hidup berdampingan tanpa saling menganggu,” tambahnya.