Menurut Jusuf Kalla, 3 Provinsi Indonesia Ini Sulit Berkembang! Bukan Papua Lho

Padahal pada 2015 lalu, pariwisata masih ada di peringkat keempat sebagai sektor penyumbang devisa terbesar.

Editor: Marlen Sitinjak
KOMPAS.COM
Pulau Mios Kon di Raja Ampat, Papua. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Wakil Presiden Jusuf Kalla menganggap tiga daerah di Indonesia sulit berkembang karena masyarakatnya tak pluralistik.

Ia menyebutkan Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Seperti di daerahnya Pak Luhut dan di daerah saya Bugis itu susah itu hospitality-nya. Sebelum turisnya komplain, kita (orang Sumut dan Bugis) komplain dulu," kata Kalla saat hadir dalam puncak acara Sail Sabang 2017 di Pelabuhan CT-3, Sabang, Aceh, Sabtu (2/12/201).

(Baca: Link LIVE STREAMING Benevento vs AC Milan - Awal Petualangan Gattuso Bawa Rossoneri Bersinar )

Kalla mengatakan bila suatu daerah tak memiliki masyarakat yang plural akan sulit berkembang.

Menurutnya, pluralistik menjadi modal untuk menerima wisatawan yang berkunjung ke daerahnya.

Karena tentu daerah wisata tanpa hospitality tanpa rasa melayani daripada masyarakatnya, akan susah berkembang.

Kalla menilai ada contoh daerah yang memiliki masyarakat pluralistik.

Ia menyebut Sabang dan Bali sebagai contoh masyarakat yang mudah menerima wisatawan.

"Karena Sabang penduduknya pluralistik. Biasanya daerah yang pluralistik itu penerimaan tamunya itu lebih terbuka. Susah itu Batak dan Bugis, NTT. Tiga daerah itu sangat susah majunya. Kecuali Bali, dimarahin (turis) senyum saja," jelasnya.

(Baca: Link LIVE STREAMING Manchester City vs West Ham United - David Moyes: Aku Pikir Ada Momen )

Sektor pariwisata saat ini menjadi satu andalan pemerintah Joko Widodo - Jusuf Kalla untuk meraup devisa selain perdagangan dan industri kelapa sawit.

Sektor pariwisata diproyeksikan sebagai penyumbang devisa terbesar tahun 2019.

Pada 2016, devisa pariwisata sudah mencapai 13,5 juta dollar AS per tahun.

Hanya kalah dari minyak sawit mentah (CPO) yang sebesar 15,9 juta dollar AS per tahun.

Padahal pada 2015 lalu, pariwisata masih ada di peringkat keempat sebagai sektor penyumbang devisa terbesar.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved