Penanganan Dampak Bencana Banjir di Ketapang Lambat, Ini 16 Tuntutan KKM ke Pemerintah
Di Desa Teluk Runjai, banjir akibatkan 8 rumah terendam, 32 jiwa mengungsi, serta kerugian material dan non material,
Penulis: Jimmi Abraham | Editor: Jamadin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Rizky Prabowo Rahino
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Perwakilan Koalisi Kalbar Menggugat (KKM) Krissusandi menegaskan pihaknya diberi mandat oleh masyarakat Forum Jalai Bersuara yang ingin 16 tuntutannya tersampaikan dan dipenuhi oleh pihak-pihak bertanggungjawab.
“Sebelumnya, Forum Jalai Bersuara telah melakukan aksi refleksi pada 17 September 2017 pasca banjir. Ini respon atas lambannya proses penanganan dampak dan penyebab bencana oleh pemerintah. KKM memfasilitasi dan mendampingi agar masyarakat korban mendapat hak pemulihan,” ungkapnya di Ruang Praja II Kantor Gubernur Kalimantan Barat, Jumat (3/11/2017) siang.
Saat ini korban banjir bandang di Kecamatan Jelai Hulu belum mendapat penanganan dan pemulihan secara komprehensif. Krissusandi memaparkan banjir bandang Kecamatan Jelai Hulu terjadi di Desa Pasir Mayang, Rangga Intan, Sidahari, Tanggerang dan Teluk Runjai pada 29-31 Agustus 2017.
“Tanggal berikutnya, menyusul banjir di desa lain. Puncak banjir terbesar terjadi di Kampung Tanjung (Desa Tanggerang dan Teluk Runjai). Ini banjir bandang pertama semenjak Kampung Tanjung ada,” katanya.
(Baca: Ungkap Cara Kerja Mami Perempuan, Kesaksian Pelanggan Alexis Bikin Melongo )
Kampung Tanjung berada di Kecamatan Jelai Hulu dan berjarak 126 Kilometer (KM) dari Kota Ketapang. Jumlah penduduk Kampung Tanjung terdiri dari Desa Tanggerang 1.731 jiwa dari 421 Kepala Keluarga (KK) dan Teluk Runjai 887 jiwa dari 288 KK.
Banjir bandang akibatkan berbagai kerusakan di Desa Tenggarang antara lain 6 rumah hanyut, 8 rumah rusak berat, 21 rumah rusak ringan, 107 rumah rusak terendam dan 568 jiwa mengungsi. Beberapa infrastruktur rusak antara lain 1 jembatan penghubung desa, 2 tong air desa, 1 jembatan usaha tani, 4 sumur desa dan jalan penghubung Tanjung-Lamboi.
Barang dagangan senilai Rp 60 juta milik 2 tokoh masyarakat juga hanyut bersama material lain. 140 jiwa alami trauma psikis serius, 2 orang sakit dan 1 orang meninggal dunia.
“Banjir membentuk alur sungai baru, sehingga Kampung Tanjung terbelah dan berbatas. Untuk korban meninggal lain, ada 1 orang di Desa Perigiq dan 1 orang di Desa Deranuk. Di Desa Teluk Runjai, banjir akibatkan 8 rumah terendam, 32 jiwa mengungsi, serta kerugian material dan non material,” paparnya.
Berdasarkan analisa pihaknya, banjir disebabkan tiga indikator yakni pertama hujan lebat selama 2 hari. Kedua, meluapnya Sungai Kiriq, Sungai Jalai, dan Pesaguan karena banyak anak sungai tertimbun dan terjadi pendangkalan sungai dari hulu sampai hilir.
“Ketiga, kerusakan hutan parah di daerah sumber dan penyangga air Sungai Kiriq, Sungai Jalai Kanan dan Pesaguan di Kampung/Desa Pasir Mayang. Ini akibat beroperasinya perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) PT WHP. Sebelumnya, daerha ini adalah kawasan Hutan Prima,” tukasnya.