Subhanallah! Sebelum Mualaf, Bocah 8 Tahun Ini Minta Diikutkan Sunatan Massal

“Ternyata dia tetap hanya mau belajar di kelas agama Islam hingga kelas dua sekarang.

Penulis: Subandi | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID / SUBANDI
Kepala SDN 18 Sukabangun, Ahmadi Sp MPd saat ditemui Tribun di ruang kerjanya, Sabtu (7/10). 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Subandi

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KETAPANG –  Kepala SDN 18 Sukabangun, Ahmadi Sp MPd mengungkapkan  Yogi Setiady, bocah delapan tahun yang menjadi mualaf Kamis (5/10/2017) kemarin memiliki keinginan kuat belajar agama Islam sejak kelas satu.

Menurutnya waktu pelajaran agama Islam dan agama lain di sekolahnya yang waktunya bersamaan. Meski Yogi saat itu non Muslim tapi ia tak mau belajar ke kelas agamanya. Namun hanya mau belajar di kelas agama Islam saja.

“Itu berdasarkan informasi para guru. Dahulu ada laporan guru ada murid non Muslim tak mau ikut pelajaran agamanya. Tapi malah maksa masuk pelajaran agam Islam. Murid itu Yogi saat ia masih kelas satu,” katanya, Sabtu (7/10).

Yogi anak delapan tahun yang baru masuk Islam didampingi Eriyanti orangtuanya yang non Muslim saat ditemui awak media di rumahnya, Jumat (6/10/2017).
Yogi anak delapan tahun yang baru masuk Islam didampingi Eriyanti orangtuanya yang non Muslim saat ditemui awak media di rumahnya, Jumat (6/10/2017). 

Ia menjelaskan lantaran saat itu Yogi bukan beragama Islam. Maka meski dia akhirnya diperbolehkan ikut dalam kelas pelajaran agama Islam tapi didudukkan paling belakang. “Kita kan tak boleh memaksakan dia untuk belajar Agama Islam,” ucapnya.

(Baca: Golkar Putuskan Usung Duet Midji-Norsan, Ini Nama-Nama Yang Masuk Dalam Survei )

“Ternyata dia tetap hanya mau belajar di kelas agama Islam hingga kelas dua sekarang. Jadi kita melihatkan bagaimana kemauaan anak itu sendiri dan orangtuanya,” lanjutnya.

Saat kelas dua Yogi meminta agar diikutkan sunat massal yang diselenggarakan Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Ketapang di Masjid Agung Al-Ikhlas Ketapang. “Saat itu kalau kita oke lah anak ini memang minta disunat,” ungkapnya.

“Tapi saya sampaikan kepada wali kelasnya harus menghubungi orangtuanya dahulu. Ternyata ibu dan bapaknya juga meminta anaknya agar diikutkan pada sunat massal itu,” tambahnya.

“Bahkan setelah di sunat orangtuanya itu minta anaknya Yogi ini dimasukkan ke Islam. Jadi saya tanya anaknya lagi apa mau masuk Islam ternyata memang mau sendiri,” sambungnya.

(Baca: Sosialisasi 4 Pilar MPR RI, Ini yang Disampaikan Erma Suryani Ranik  )

Kemudian pihaknya berkonsutasi sama ustaz untuk meminta arahan. Sehingga Kamis 5 Oktober kemaren dibawa ke KAU untuk mengIslamkan Yogi. Lantaran memang Yogi sejak awal sangat kuat untuk menjadi Islam.

“Kalau kita ini meski anak itu mau masuk Islam tapi tetap tak boleh dipaksakan. Makanya kita hubungi dahulu orangtuanya apakah setuju atau tidak. Makanya kita hubungi orangtuanya dahulu sebelum anak ini disahkan masuk Islam,” tuturnya.

“Kedepan kita akan berikan pengarahan dan bimbingan lebih pada anak ini. Jadi kalau anak kelas dua masuk pukul 10.00 WIB hingga sore. Maka Yogi akan diberi pelajaran tambahan khususnya agama mulai pukul 09.00 hingga jam masuk sekolahnya,” lanjutnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Yogi Setiady (8)  memilih beda keyakinan sama kedua orangtuanya. Setelah ia diresmikan beragama Islam atau menjadi mualaf oleh Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Delta Pawan, M Syafi’ie di Kantor KUA tersebut, Kamis (5/10).

Resminya siswa Kelas II SDN 18 Sukabangun ini beragama Islam disaksikan langsung oleh ibu kandungnya, Eriyanti (44).

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved