Warga Transmigrasi di Desa Simpang Tiga Gotong Royong Bangun Jalan
Jalan yang dibangun itu merupakan akses utama menuju pemukiman tarsmigrasi desa Simpang Tiga yang berada di wilayah dusun Semanai.
Penulis: Muhammad Fauzi | Editor: Rizky Zulham
Laporan Wartawan Tribun Pontianak Muhammad Fauzi
TRIBUNPONTIANAK. CO.ID, KAYONG UTARA – Warga Transmigrasi Desa Simpang Tiga, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara membangun jalan yang menghubungkan pemukiman warga Transmigrasi dengan bergotong royong.
"Ya, kita membangun jalan secara swadaya. Untuk pengadaan material, kita sisihkan dari jadup (jatah hidup)," kata satu diantara warga transmigrasi, Martoyo, Senin (25/9/2017).
Martoyo yang warga asal Bantul, Yogyakarta ini ditemui saat sedang gotong royong bersama sejumlah warga lainnya mengangkut semen dari jalan Parit Sawah untuk diangkut ke lokasi jalan yang akan dibangun.
Jalan yang dibangun itu merupakan akses utama menuju pemukiman tarsmigrasi desa Simpang Tiga yang berada di wilayah dusun Semanai.
"Jalan yang akan kita bangun ini sekitar 700 sampai 800 meter. Untuk lebar jalan yang kita bangun sekitar 60 cm untuk memudahkan kendaraan roda dua," tutur Martoyo.
(Baca: Kapolres Kayong Utara Ingatkan Bahaya Pil PCC Pada Pelajar )
Pria yang sejak datang hingga sekarang belum pernah pulang ke daerah asalnya ini menerangkan, kalau dirinya bersama 150 warga transmigrasi lainnya menyisihkan jadup setiap bulan Rp 30.000 dari dana tersebut terkumpul setiap bulan Rp 4.500.000.
"Dana itulah kita gunakan untuk membeli semen. Ini baru berjalan sejak bulan lalu, karena kalau menunggu pembangunan dari pemerintah mungkin lama, sedangkan kita hari-hari selalu melewati jalan tersebut untuk mengeluarkan hasil panen," jelasnya.
Dikisahkan Martoyo, jalan yang dibangun hanya mencampurkan pasir dan semen. Untuk pasir, kata dia, tidak dibeli dan hanya diambil di lokasi setempat. "Syukurnya pasir kita tidak beli, sebab ada lahan pematang yang berpasir di sekitar pemukiman transmigrasi, sehingga pasirnya kita manfaatkan untuk pengecoran jalan ini, " terangnya.
Diakui Martoyo pula, kalau jalan yang dibangunnya secara swadaya itu merupakan medan yang sulit ketika keluar dan masuk ke pemukiman transmigrasi yang terdiri dari TR 1 hingga TR 4. Terlebih, warga yang tinggal di TR 3 ini melanjutkan, ketika hujan jalan menjadi becek sehingga sulit dilalui.
"Kalau jalannya baik, insya Allah usaha kita lancar dan mudah mengeluarkan hasil panen untuk dipasarkan, " kisahnya.