Sagu Bakar Ma Inang, Resep Keluarga Sejak 1982

Awalnya sagu bakar dari resep keluarga saya sejak tahun 1982. Dulu masih terbatas penjualnnya hanya untuk kalangan keluarga dan relasi ibu saya.

Penulis: Tri Pandito Wibowo | Editor: Mirna Tribun
TRIBUNPONTIANAK/MASKARTINI
Owner Ma Inang Septinar atau akrab disapa Inang menunjukkan produk sagu bakar dengan kemasan menarik 

Laporan Wartawati Tribun Pontianak, Maskartini

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Sagu bakar merupakan cemilan tradisional yang selalu ada peminatnya agar peminatnya bisa dengan mudah mendapatkan kue jadul ini, Septinar atau akrab disapa Inang, yang beralamat di Jalan Pangeran Natakusuma, Gang Sekolah 16, Pontianak, setiap harinya memproduksi hingga puluhan kilo kue sagu.

"Awalnya sagu bakar dari resep keluarga saya sejak tahun 1982. Dulu masih terbatas penjualnnya hanya untuk kalangan keluarga dan relasi ibu saya. Kemudian saya tertarik untuk mengembangkan lebih serius karena melihat orang Pontianak banyak mencari kue jadul. Makanya saya coba pasarkan dengan kemasan menarik, ternyata responnya sangat baik pula,"ujarnya pada Senin (10/7/2017).

Sejak Agustus 2016, kemudian Inang mengatakan ia join dengan Himpu, suatu himpunan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah Pontianak.

Ia sering diikutkan ke pameran-pameran.

Baca: Video Menenun Kain Tenun Ikat Sintang di Rumah Betang Ensaid Panjang

Sejak sering ikut pameran, sagu bakar dengan brand Ma Inang mulai dikenal oleh konsumen baik di Pontianak maupun luar Kalbar.

Kesulitan yang dihadapi saat ini diakui Inang adalah masalah modal dan pemasaran.

Saat ini usahanya masih terbatas dalam hal produksi karena hanya untuk memenuhi orderan konsumen.

Untuk pemasaran, produknya dipasarkan dengan sistem online di sosmed, penjualan langsung ke konsumen dengan sistem konsiyasi di beberapa gerai oleh-oleh di Pontianak.

"Alhamdulillah dengan cara itu sebab sudah sampai di Medan, Surabaya, Jakarta, Banjarmasin dan kota-kota lain di Indonesia. Untuk bisa produksi massal kami membutuhkan modal, terutama untuk pengadaan mesin dan sebagainya. Saat ini produksi masih manual menggunakan alat cetak sederhana,"ujarnya.

Dalam pemasaran masalah yang dihadapi berkaitan dengan belum adanya tenaga khusus untuk bidang ini.

Ia sendiri mengaku masih terjun langsung ke dalam bidang pemasaran, produksi dan semua bilang.

Kebanyakan penjualan kata Inang dilakukan melalui penjualan langsung.

"Jadi all in one, selain itu kami juga belum ada gerai khusus. Untuk sewa tempat usaha di Pontianak cukup lumayan harganya. Modal awalnya Rp5 jutaan. Produksi rata-rata perbulan mencapai Rp200 Kg, penjualan antara Rp10 juta hingga Rp 15 juta per bulan,"ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved