Kenaikan Tarif Listrik Picu Inflasi Bulan Juni 

Relatif rendahnya inflasi VF Juni 2017 ditopang oleh kebijakan pengendalian inflasi yang dilakukan.

Penulis: Nina Soraya | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ FILE
Petugas teknis pekerjaan dalam keadaan bertegangan (PDKB) PLN Wilayah Kalbar saat melakukan pemeliharaan di sejumlah jaringan listrik 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK -  Terjaganya pasokan komoditas bahan pangan strategis telah meredam tekanan inflasi Kalimantan Barat (Kalbar) di bulan Juni 2017. Padahal, sebelumnya mengalami inflasi moderat sebesar 0,30% (month to month/mtm).

Realisasi inflasi Kalimantan Barat  pada Juni 2017 tercatat sebesar 1,24% (mtm) atau 4,72% (year on year/yoy). Meskipun demikian, inflasi Kalbar pada periode puasa dan lebaran ini lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi periode lebaran dalam tiga tahun terakhir (1.33%, mtm). 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalbar, Dwi Suslamanto, menjelaskan hal ini tidak terlepas dari berbagai upaya pengendalian harga yang ditempuh serta koordinasi yang dilakukan dalam menghadapi tekanan permintaan sepanjang periode Ramadhan dan Idul Fitri. 

"Dengan perkembangan tersebut, inflasi Kalimantan Barat selama Januari-Juni 2017 mencapai 4,72% (ytd), masih dalam kisaran sasaran inflasi sebesar 4±1%," paparnya, Rabu (5/7/2017).  

Komoditas yang memberikan andil terbesar pada inflasi Juni 2017 adalah angkutan udara, tarif listrik, telur ayam ras, sawi hijau, serta wortel.

Tingginya peningkatan tarif angkutan udara terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan moda transportasi angkutan udara selama periode Idul Fitri. Inflasi kelompok administered prices pada bulan Juni 2017 tercatat mengalami inflasi sebesar 4,42% (mtm), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata secara historis selama tiga tahun terakhir yaitu sebesar 0,68% (mtm). 

Selain bersumber dari kenaikan tarif angkutan udara, peningkatan harga yang terjadi pada kelompok komoditas administered prices turut pula didorong oleh peningkatan tarif listrik serta kenaikan harga rokok. 

"Pada tarif listrik peningkatan harga terjadi seiring dengan penyesuaian tarif listrik tahap ketiga yang dilakukan untuk pelanggan paskabayar daya 900 VA nonsubsidi yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan kelompok prabayar," sebutnya. 

Sementara itu, kenaikan harga rokok kretek (filter dan non filter) disebabkan oleh kenaikan cukai rokok sebesar 10,54% per tahun dengan mekanisme peningkatan secara bertahap yang dilakukan setiap bulannya.

Sementara itu, selain didorong oleh kenaikan pada kelompok komoditas administered prices peningkatan inflasi Kalbar juga didorong oleh peningkatan komoditas inflasi inti, seperti kain gorden dan upah pembantu RT seiring periode perayaan Idul Fitri yang berlangsung.

"Kendati mengalami peningkatan, namun inflasi kelompok inti relatif lebih rendah dibandingkan dengan tingkat inflasi historis dalam tiga tahun terakhir (0,40%, mtm)," katanya. 

Terkendalinya harga kelompok komoditas volatile food (VF) pada Juni 2017 meredam peningkatan inflasi yang lebih tinggi selama Juni 2017. Kelompok komoditas VF tercatat mengalami inflasi 0,98% (mtm), lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi VF dalam 3 tahun terakhir sebesar 2,27% (mtm). 

Relatif rendahnya inflasi VF Juni 2017 ditopang oleh kebijakan pengendalian inflasi yang dilakukan. Komoditas utama VF yang mengalami kenaikan harga pada bulan ini terutama telur dan daging ayam ras, serta komoditas sayur-mayur, diantaranya sawi hijau, wortel, dan bayam. 

"Sementara itu, koreksi harga dalam terpantau terjadi pada komoditas bawang putih. Terkoreksinya harga bawang putih terutama terjadi seiring dengan upaya intervensi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat untuk menstabilkan harga bawang putih di pasar melalui kebijakan impor bawang putih," tambahnya. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved