Pemohon Paspor Kesal Pelayanan di Kantor Imigrasi Pontianak, Sistem Antrean Kacau
Hal tersebut diperparah dengan adanya jasa antrean yang dilakukan oleh oknum untuk meraup keuntungan dari pelayanan dokumen tersebut.
Penulis: Syahroni | Editor: Rizky Zulham
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Syahroni
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pemohon paspor kesal dengan pelayanan di Kantor Imigrasi Kelas 1 Pontianak.
Antrean saat pembuatan dan perpanjangan paspor, tidak tertata baik.
Hal tersebut diperparah dengan adanya jasa antrean yang dilakukan oknum untuk meraup keuntungan dari pelayanan dokumen tersebut.
Kondisi ini telah berlangsung beberapa bulan terakhir, sehingga memberi ruang untuk terjadi pungutan liar yang dilakukan oknum-oknum tidak bertanggung jawab untuk mengambil kesempatan.
Baca: Melenceng dari SOP, Imigrasi Pontianak Terapkan Layanan Berdasarkan Kuota
Satu di antara warga yang menceritakan pengalaman saat mendapatkan pelayanan di Kantor Imigrasi Kelas 1 Pontianak adalah wanita berinisal N (28) yang mengaku kesal dengan banyaknya calo yang ‘berkeliaran’ di kantor tersebut saat mengantre pelayanan.
“Saya datang ke Imigrasi untuk buat paspor pukul 06.00 pagi, kata orang yang ada di sana nomor antrean sudah habis, saya tidak langsung percaya kan, saya tunggu sampai pukul 07.00, eh ternyata ada warga lain yang datang setelah saya, dan dia malah mendapatkan nomor antrean,” ujar N saat diwawancarai media, Jumat (16/6/2017).
Baca: Antisipasi Modus Baru WNA, Imigrasi Pontianak Rakor Tim Pora
Bahkan setelah itu, ia sendiri menyaksikan dan sempat ditawari seorang oknum untuk mendapatkan nomor antrean dengan syarat membayar Rp 50 ribu untuk satu tiket antrean.
Namun ia menolak tegas apa yang ditawarkan oknum tersebut.
“Saya langsung ngotot dan tidak mau menerima tawarannya, masa’ yang lain bisa dapat tiket, sedangkan datangnya lebih siang dari saya. Saya datang lebih awal masa tidak bisa dapat nomor antreannya,” kata warga Pontianak Utara ini.
Sempat terjadi pertengkaran di depan pagar Kantor Imigrasi dengan oknum yang menawarkan tiket tersebut.
Hal itu diceritakannya setelah ia mengancam akan melaporkan praktek yang melanggar hukum itu.
"Akhirnya saya dipersilakan masuk untuk mendapatkan pelayanan. Setelah dari calo, ternyata bagus pelayanan dari imigrasi, hanya calonya saja yang mempersulit kita sebagai masyarakat umum untuk mendapatkan pelayanan," katanya.