Jelang Lebaran, Pemerintah Sepakati Harga Telur Rp 22 Ribu Per Kilogram
Seperti daging. Jika kurang ada daging beku dan saat ini sudah datang. Begitu juga dengan telur
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Jamadin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridhoino Kristo Sebastianus Melano
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kepala Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalbar, Abdul Manaf menuturkan, pemerintah sudah menyepakati harga telur perkilo seiring berjalannya bulan Ramadan, hingga lebaran nanti.
Ada tiga kriteria harga yang disepakati. Pertama untuk tingkat peternak (kandang) harga telur yang disepakati yakni Rp 22 ribu per kilo.
Kemudian harga telur di tangan distributor yakni Rp 23.500. Setelah itu harga di tangan pedagang pengecer sebesar Rp 24 ribu. Lalu harga terakhir di tangan konsumen yakni sebesar Rp 25 ribu.
“Dengan kesepakatan itu tinggal dibagikan saja. Satu kilo ada 16 butir, maka berkisar Rp1.550 harga perbutir telur,” katanya, Senin (5/6/2017).
Manaf menjelaskan kesepakatan harga itu hanya untuk daerah yang berjarak 150 kilometer dari Kota Singkawang. Jika lebih maka tentu saja harga bisa lebih tinggi karena mempertimbang biaya angkut dan lainnya.
Ia menambahkan kesepakatan itu dibahas dalam rapat yang telah digelar sebelumnya.
Ada topik lain yang juga dibahas, yakni ketersediaan stok, bazar dan kebijakan pemerintah terkait dengan kebutuhan bahan pokok selama Ramadan hingga lebaran nanti.
Untuk stok misalnya, ia memastikan dalam kondisi yang aman. Sebagaimana yang sudah disampaikan sebelumnya, bahwa stok cukup hingga lebaran nanti.
Ini dilihat dari jumlah produksi telur mencapai 110 ton per hari. Jumlah produksi itu bisa saja ditingkat seiring berjalan Ramadan hingga lebaran nanti.
Pemerintah tetap menyusun skenario guna mengantipasi lonjakan harga akibat tidak tersedianya stok. Yaitu meningkatkan produksi dan mendatangkan telur dari luar Kalbar.
Ia mengingatkan jika telur yang didatangkan itu harus dari daerah yang bebas flu burung.
“Jadi sudah disiapkan skenario jika terjadi kekurangan. Seperti daging. Jika kurang ada daging beku dan saat ini sudah datang. Begitu juga dengan telur,” jelasnya
Peningkatan kebutuhan telur, kata Manaf tidak bisa dihindari. Seperti Kabupaten Sambas. Sudah menjadi tradisi setiap tahunnya, meningkatnya kebutuhan telur ini untuk pembuatan kue. Terutama kue lapis yang bahan pokok pembuatanya adalah telur.
Lalu untuk bazar. Ia mengatakan untuk daerah yang menginginkan adanya bazar bisa langsung berkomunikasi dengan dinas terkait dengan asososiasi.