Omset Pedagang Peci di Kegiatan STQ Bisa Capai Rp 3 Juta Per Hari
Kita sering membuka lapak pada kegiatan-kegiatan pemerintah seperti ini, karena memang pembeli lebih tinggi
Penulis: Muhammad Fauzi | Editor: Jamadin
Laporan Wartawan Tribun Pontianak Muhammad Fauzi
TRIBUNPONTIANAK. CO. ID, KAYONG UTARA – Disetiap event besar yang diselenggarakan di suatu daerah tentu akan berdampak kepada masyarakat sekitar, khususnya para pedagang yang berjualan di sekitar lokasi acara.
Seperti kegiatan Seleksi Tilawatil Quran (STQ) tingkat Kalbar yang dilaksanakan di Kabupaten Kayong Utara sejak 9 Mei Hingga 14 Mei.
Satu di antaranya Syarif Efendi Alkadrie, pedagang Peci ini. Ia yang asli dari Kota Pontianak ini mengaku aktif berjualan pada kegiatan event-event pemerintahan karena diakuinya minat pembeli lebih tinggi bila dibandingkan dari hari-hari biasa.
“Kita sering membuka lapak pada kegiatan-kegiatan pemerintah seperti ini, karena memang pembeli lebih tinggi bila kalau menunggu di pembeli datang ke toko,” jelas Syarif Efendi Alkadrie disela-sela melayani pembeli yang datang ke lapak miliknya, Kamis (11/5).
Dikatakannya lagi, pada event seperti ini, khususnya STQ yang ada di Kayong Utara ini pendapatan kotor sehari bisa mencapai 2 hingga 3 Juta rupiah per-hari. Bila dibandingkan penjualan toko sangat jauh pendapatan per harinya.
“Ya bisa Rp 2 sampai Rp 3 juta per hari, makanya kegiatan seperti ini sangat menggiurkan bagi UKM (Usaha Kecil Menengah) seperti kami ini. Makanya saya sering buka (Lapak) kalau ada event pemerintahan,”terangnya.
Ia berharap kepada pemerintah daerah yang menggadakan event pemerintahan untuk dapat terus menyediakan lahan bagi para pedagang, karena diakuinya hal ini akan berdampak positif kepada masyarakat sekitar juga,”jelasnya.
“Ya kalau event gini pemerintah juga harus menyediakan tempat untuk pedagang, karena kita juga mengambil pekerja dari masyarakat sini, saya juga mempekerjakan 2 orang warga sini, untuk membantu berjualan,”harapnya.
Lapak yang disediakan inipun diakuinya tidak diberikan secara Cuma-Cuma, namun retribusi yang dibayar setiap pedagang tidak memberatkan, karena hanya membayar uang kebersihan saja.
“Ya bayar tapi Cuma uang kebersihan saja, tidak membebankan kita,” tungkasnya.
