Jangan Asal Broadcast! Ini Cara Mendeteksi Berita 'Hoax'

Tak jarang, beberapa dari kita tidak sengaja meng-share, me-retweet, atau forwardberita tersebut yang nyatanya belum jelas asal usulnya.

Editor: Mirna Tribun
INTISARIONLINE
Ilustrasi 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Demo 4 November 2016 kemarin masih meninggalkan beberapa kisah.

Salah satunya banyak pesan yang tidak benar atau berita 'hoax' yang membuat aksi demo semakin ‘panas’.

Baca: Enggak Pede Punya Dahi Lebar Saat Berhijab? Berikut Tipsnya!

Terutama di media sosial seperti Facebook, BBM, Line, Whatsapp, dan lain-lain. Padahal jelas-jelas menurut KKBI, berita hoax adalah berita bohong.

Baca: Gadis Cantik Diperkosa 10 Pemabuk, Setelah Itu di SMS: Kamu Tadi Dipakai Bergantian

Tak jarang, beberapa dari kita tidak sengaja meng-share, me-retweet, atau forwardberita tersebut yang nyatanya belum jelas asal usulnya.

Untuk itu, sebelum kita menyebarkan berita 'hoax' yang bukannya membuat keadaan semakin baik malah semakin runyam, inilah cara-cara mendeteksi berita hoax.

Sumber Berita

Kebanyakan berita 'hoax' pasti di awal tulisan terdapat kata ‘Dari grup sebelah...’ atau malah tidak ada sama sekali. Ini bisa dipertanyakan sebab kita tidak tahu grup apa saja yang teman kita masuki. Mungkin saja itu merupakan grup provokasi atau yang sengaja menyebarkan.

Untuk itu, lihatlah sumber beritanya. Jika berasal dari sebuah media resmi, baik media cetak, online, atau televisi maka itu bisa kemungkinan benar besar. Atau ada link yang bisa mengarahkan pembaca ke website.

Bahasa dan kata dalam penulisan

Dalam sebuah media, setiap tulisan pasti sudah diseleksi sebelum diterbitkan. Artinya semua sudah diedit dan diverifikasi. Bahkan mengenai huruf, titik koma, pemakaian huruf besar serta spasi. Sementara berita 'hoax' sering memakai huruf besar dan beberapa tanda seru. Jadi, jika melihat tulisan seperti ini bisa dipertanyakan kebenarannya.

Lalu menggunakan kata-kata frase, misal ‘Bahaya’, ‘Awas’, ‘Darurat’, dan lain-lain. Berita 'hoax' juga cenderung memakai emosi di dalamnya dengan kata-kata frase tersebut. Selain itu, terkadang ada bahasa-bahasa ilmiah yang tidak dimengerti. Ini sering diciptakan karena tahu pembaca tidak mengerti atau masih awam dengan sebutannya. Terutama hal yang sebelum tidak pernah pembaca dengar.

Berlawanan dengan logika

Sebagai pembaca, kita harus berpikir kritis. Jangan hanya tinggal menerima berita saja. Pembaca harus melihat adanya ketidakkonsistenan yang bertentangan dengan logika. Jika terlalu menyolok, kemungkinan itu 'hoax'.

Misal di Instagram ada foto menunjukkan ada beberapa warga yang berjalan di area perumahan sementara caption bertuliskan ‘Warga mendatangi rumah-rumah warga dan memaksa masuk’. Secara logika ini ada ketidakkonsistenan antara foto dan tulisan. Sebab tidak bukti yang mengatakan orang tersebut sedang mendatangi rumah-rumah warga dan memaksa masuk. Bisa saja ia memang warga sekitar yang sedang berjalan.

Memang dengan adanya visual atau foto, sebuah berita semakin terlihat benar. Akan tetapi jika itu tidak diturunkan oleh sebuah media resmi atau suatu lembaga resmi, maka kemungkinan ‘hoax’ besar. Jika menemukan ada hal ganjil dalam berita atau merasa aneh, sebaiknya jangan disebar berita tersebut.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved