Hari Bumi Diperingati Setiap Tahun, Tapi Bumi Semakin Sekarat
Yang harus kita lakukan di dalam berkegiatan kita harus selalu ingat bahwa bumi ini memang tidak akan bertambah sejengkal pun
Penulis: Ridhoino Kristo Sebastianus Melano | Editor: Arief
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalbar menggelar dialog lingkungan hidup dengan tema membumikan pesan bumi di Sekretariat Walhi Kalbar Jl M Husni Thamrin, Komplek Universitas Tanjungpura P 25, Jumat (22/4/2016).
Kegiatan dialog ini digelar untuk memperingati momentum hari bumi setiap tanggal 22 April. Dialog dirangkai dengan pemutaran film atau slide tentang lingkungan hidup.
Program Manager Kalimantan Barat, Albertus Tjiu menuturkan, Hari Bumi memang diperingati setiap tahun. Namun ironisnya saat ini bumi semakin sekarat.
Bisa dikatakan saat ini manusia telah mengkonsumsi 2 setengah kali lipat dari kemampuan bumi untuk menahannya. Caring capacity bumi sekarang sudah tidak mampu menahan jumlah populasi manusia yang terus bertambah.
"Yang harus kita lakukan di dalam berkegiatan kita harus selalu ingat bahwa bumi ini memang tidak akan bertambah sejengkal pun, sementara jumlah manusia semakin banyak. Kita tidak bisa menghindari pertambahan jumlah populasi dan jengkal dari pada bumi," ucapnya di sela-sela kegiatan.
Menurut dia, jalan keluar bijaksana yang harus dilakukan adalah memanfaatkan hutan, lingkungan dan tanah dengan sebijaksana mungkin. Kemudian jadilah konsumen yang baik, istilahnya itu sebagai konseumen harus tahu apa yang boleh dikonsumsi ataupun tidak.
Dalam membeli produk, harus dilihat apakah produk tersebut ramah lingkungan atau tidak. Ada banyak informasi di keterangan produk, konsumen harus membaca itu sebelum membeli.
Tisu misalnya, belilah tisu yang sudah tersertifikasi, jadilah konsumen yang bijak sehingga ketika berbicara konsumen yang bijak dan konsumsi produk yang baik, tentu produk yang tidak ramah lingkungan akan hilang dengan sendirinya.
"Selain itu di dalam kebijakan pemerintah misalnya dari sisi isu tata ruang, penerbitan, undang-udnang, aturan atau lainnya, itu harus mempertimbangkan sisi lingkungan," terangnya.
Sementara itu, aktivis Walhi Kalbar, Hendrikus Adam mengatakan, tema yang diangkat dalam dialog sesungguhnya ini sebuah kalimat yang bisa diinterprestasikan dalam beragam kaca mata sesuai cara pandang terkait wajah bumi.
Dirinya meyakini masyarakat sangat familiar bagaimana dengan kondisi wajah bumi yang kondisi alamnya masih bagus, maupun yang sudah porak poranda akibat eksploitasi yang dilakukan melalui izin investasi dan lainnya.
Gambar-gambar itu merefleksikan pesan tersendiri terkait kondisi bumi yang sudah sekarat, dari situasi itu sebetulnya pesan apa yang disampaikan.
"Ketika kita berkeyakinan bumi adalah tempat hidup kita, tempat kita bernapas dan penting untuk dijaga serta dipertahankan, maka kondisi kerusakan bumi yang terjadi sesungguhnya mengisyaratkan pesan bahwa setiap orang penting menaruh perhatian serius untuk memastikan agar bumi terjaga," ungkapnya.