Liputan Khusus

Pengusaha Muda Pontianak Mendunia

Di belakang meja resepsionis terdapat ruang kerja Benny yang sering dijadikan tempat rapat.

Penulis: Ayu Nadila | Editor: Arief
IST
Benny Fajarai 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, JAKARTA - Dunia kreatif digital dan e-commerce Indonesia kembali melahirkan sosok entrepeneur muda yang masuk dalam daftar 30 jajaran pemuda di Asia di bawah usia 30 tahun yang sukses memanfaatkan teknologi versi majalah ekonomi bergengsi, Forbes. Ia adalah Benny Farajai, pria kelahiran Pontianak 27 April 1990. Benny nangkring pada posisi kesepuluh dalam daftar hebat Forbes tersebut.

Benny merupakan pemilik situs Qlapa.com, situs jual beli khusus barang-barang kerajinan atau handmade. Namanya bersanding dengan pengusaha muda lainnya se Asia seperti Jepang, India, Australia, China, Myanmar, Philipina. Selain Benny, ada pula nama pengusaha muda Indonesia yakni Kevin Aluwi (27) Cofounder & CFO, ojek online Go-JeK.

Tribun sempat menyambangi kantor Qlapa.com di Tanjung Duren Utara IIIA, nomor 337A, Jakarta Barat, dan berbincang dengan CEO sekaligus Co-founder perusahaan rintisan digital (startup) tersebut.

Masuk ke kantor Qlapa.com yang mengantarkan Benny ke jajaran 30 besar entrepeneur muda Asia tersebut, nuansa modern sangat kental terasa. Begitu masuk ke loby gedung minimalis tersebut, terdapat meja resepsionis dengan furniture putih. Terdapat beberapa banner di sisi dan kanan meja bertuliskan Qlapa.com.

Di belakang meja resepsionis terdapat ruang kerja Benny yang sering dijadikan tempat rapat. Papan tulis putih yang berisikan rencana kerja dan risalah rapat tertempel di dinding tepat dibelakang kursi pemilik kantor tersebut.

Benny menuturkan waktunya banyak dihabiskan di kantor. Dari pagi hingga malam ia berkutat mengurusi Qlapa.com untuk memastikan semua kegiatan operasional berjalan lancar termasuk transaksi jual beli. "Waktu saya di sini dua kali lebih banyak dari pada yang lainnya," kata Benny, Kamis (24/3/2016).

Di samping ruang Benny, terdapat satu ruangan kerja berukuran kurang lebih 3X4 meter. Tidak jauh berbeda dengan ruang CEO, di ruang tersebut terdapat papan tulis dan ornamen yang bertuliskan Qlapa.com.

Dalam menjalankan bisnis online kerajinan tangan tersebut, setidaknya Benny mempekerjakan kurang lebih 30 orang. Mulai dari bagian marketing, development, dan operasional. Sama seperti Benny, mereka masih berusia muda.

Untuk marketing dan development mereka bekerja di lantai dua. Tidak ada sekat, mereka bekerja dalam satu ruangan sambil menghadap komputer. Di sisi kanan dan kiri terdapat dua papan tulis putih berukuran besar. Suasana kerja tidak tampak begitu serius, meskipun apa yang mereka kerjakan berhubungan dengan angka dan coding, namun mereka tampak santai dengan pakaian kaos dan headset di telinga.

Suasana sedikit berbeda di lantai tiga yang merupakan bagian operasional yang terdiri atas customer service dan transaksi. Dalam ruangan kerja, suasana tidak terlampau sepi. Sejumlah pekerja yang didominasi perempuan tersebut duduk berhadapan sambil sibuk mencatat dan mengangkat telepon. Di dinding ruang pun terdpat dua papan tulis yang berisikan sejumlah catatan. "Di sinilah kantor berhubungan dengan penjual dan pembeli," katanya.

Tidak hanya itu, masih di ruangan yang sama dua orang pekerja sedang sibuk melipat dan memfoto barang kerajinan tangan yang akan ditampilkan di website Qlapa.com.
Berawal dari awal masa kuliah di bidang IT di Bina Nusantara Jakarta, iapun kemudian berkeinginan untuk menjadi enterpreneur di bidang teknologi dan hal-hal yang berkaitan dengan kreatifitas serta kerajinan tangan.

Bermula dari Kreavi.com
"Sejak lulus kuliah saya merintis perusahaan yang namanya kreavi.com sebuah situs jejaring sosial untuk desainer seluruh Indonesia. Kita merangkul 30-an ribu desainer untuk ngumpul di suatu wadah online dan menunjukan karya-karya mereka. Selama perjalanannya sudah keliling Indonesia dan ngobrol dengan teman-teman tentang kreavi ini," ungkap Benny.

Akhirnya pada pertengahan tahun 2015, ia kemudian melepaskan kreavi untuk meraih mimpi yang lebih besar dengan melanjutkan bisnis di dunia kerajinan tangan Indonesia. Ini dilakukannya dengan harapan bisa berkontribusi kepada pengrajin dan produk lokal agar lebih dikenal lagi oleh masyarakat lokal maupun luar negeri lewat qlapa.com yang dilaunching pada 1 November 2015.

Menurut Benny awal mula terjun ke bisnis startup kerajinan tangan berawal ketika liburan ke Bali. Ia saat itu sedang jalan-jalan di pasar seni dan melihat banyak kerajinan tangan. Produk-produk handmade tersebut sangat disukai oleh turis mancanegara. Sementara pada era teknologi sekarang ini, barang-barang kerajinan tangan tersebut masih sulit dicari melalui situs online.

"Barang handmade merupakan sesuatu yang kebutuhannya ada dan bisa dibilang banyak, sementara pemainnya masih sedikit. Kaya cari tas kulit dimana ya? Kalau mau cari kain batik tapi batik tulis dimana ya? Kebutuhannya ada, industrinya besar tapi kalau beli online susah. Kalau mau beli batik tulis harus ke yogya, kalau mau beli tas kulit atau kerajinan lainnya harus ke Yogya jadi kita mau menjembatani agar para pembeli lebih mudah mencarinya," katanya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved