Cinta Terakhir Bung Karno
Soekarno Dekati Heldy Saat Usia Baru 18 Tahun (4)
Karuan saja, hati Heldy berkecamuk, antara takut, senang dan gemetar. Ia takut melakukan kesalahan saat lenso dengan presiden.
"Bohong, kau pacaran. Saya lihat kau di Metropole (sekarang Megaria) sedang menonton film." "Tidak Pak..." Kemudian Soekarno mengutarakan niatnya. "Nanti kalau lenso sama aku ya, sini kau duduk dekat aku."
Karuan saja, hati Heldy berkecamuk, antara takut, senang dan gemetar. Ia takut melakukan kesalahan saat lenso dengan presiden. Untungnya, selama di Jakarta, ia pernah diajari menari lenso oleh kakaknya. Malam itu, tamu negara yang hadir diantaranya ada Titiek Puspa, Rita Zahara dan Feti Fatimah.
Heldy lalu duduk di kursi yang
letaknya persis di belakang presiden. Selama ini siapapun yang dipilih
Bung Karno untuk menari lenso, selalu duduk di dekatnya. Saat berlenso
dimulai. Bung Karno mulai mengajak Heldy.
adis itu diam membisu tak berani menatap wajah sang presiden. Bung Karno lalu berbisik. "Siapa namamu?" "Heldy..." "Boleh aku datang ke rumahmu? Sekolahmu?" "Kelas dua SKKA."
Dialog terus berlangsung. Bung Karno semakin gencar
mengajukan pertanyaan. "Berapa umurmu?" "Delapan belas tahun." "Hmmmm...
cukup," kata Bung Karno. Heldy sendiri mengaku tidak pernah tahu apa
arti dari ungkapan Bung Karno yang mengatakan cukup.
Keduanya
terus berlenso diikuti irama musik dan nyanyian dari para tamu yang
dilantunkan secara serentak penuh hentak. Syairnya kira-kira begini:
'Baju hijau siapa yang punya, baju hijau siapa yang punya, baju hijau
siapa yang punya, baju hijau bapak yang punya'
Lagu itu berulang-ulang dinyanyikan hingga tepukan tangan membahana di seantero ruangan.
Esoknya,
Heldy mulai merasa tidak nyaman saat bersekolah. Ia merasa ada yang
mengawasinya. Bahkan, ia merasa tak sebebas dulu saat berteman dengan
teman-temannya di sekolah.
Bahkan, Zulkifli, teman Heldy yang kerap bertandang ke rumah Heldy, tak lagi berani mendekat.Apalagi, beberapa bulan setelah itu, Zulkifli pernah melihat Heldy pergi ke dokter THT dikawal orang Istana. Penampilannya tetap sederhana, namun auranya begitu memancar. (Bersambung....)