Berita Viral

PILU! ANBK di Pemakaman Flores Timur, Potret Miris Pendidikan Digital 2025

ANBK di pemakaman Flores Timur jadi potret miris pendidikan digital di 2025. Simak kisah human interest ini dan pahami makna serta tujuan ANBK.

YouTube Tribun Jateng
ANBK DI PEMAKAMAN - Foto ilustrasi hasil olah YouTube Tribun Jateng, Rabu 1 Oktober 2025, memperlihatkan ANBK di pemakaman. Kisah ini terjadi di pemakaman Flores Timur menjjadi potret miris pendidikan digital di 2025. Simak kisah ini dan pahami makna serta tujuan ANBK bagi siswa. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) kembali menjadi sorotan publik. 

Tahun 2025, sebuah potret miris terekam di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). 

Sejumlah siswa SDK Lamawohong harus melaksanakan ANBK di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kecamatan Solor Barat. 

Hal ini terjadi lantaran sinyal internet hanya bisa diakses dengan baik di area pemakaman desa. 

Fenomena ANBK di pemakaman ini bukan baru sekali terjadi, melainkan sudah berlangsung tiga tahun berturut-turut.

David Laben Tukan, Kepala SDK Lamawohong, mengungkapkan pihaknya terpaksa memilih lokasi ini karena keterbatasan jaringan. 

"Sinyal yang baik hanya ada di area pemakaman desa," ujarnya. 

Meski kondisi itu sudah berulang, hingga kini laporan ke Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (PKO) setempat belum mendapat tindak lanjut.

Tak hanya Solor Barat, Ketua PGRI Kabupaten Flores Timur, Maksimus Masan Kian, menegaskan masih banyak sekolah lain di Flores Timur yang mengalami hal serupa. 

Infrastruktur internet yang terbatas membuat mutu pendidikan digital semakin timpang. 

Ironisnya, di satu sisi pemerintah terus mendorong program transformasi pendidikan, sementara di sisi lain banyak sekolah justru berjuang sekadar untuk bisa terhubung dengan jaringan.

Susah Sinyal Internet, Murid SMP Ujian di Kuburan dari Balik Nisan dengan Bakar Kayu Usir Nyamuk

[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]

ANBK 2025: Apa Tujuan dan Maknanya?

Meski pelaksanaannya kerap menghadapi kendala teknis, Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) memiliki peran penting dalam sistem pendidikan. 

Program ini sejatinya bukan sekadar ujian biasa, melainkan sebuah instrumen evaluasi untuk mengukur mutu sekolah, madrasah, dan program pendidikan setara lainnya.

Fokus utama ANBK meliputi:

  1. Kompetensi literasi membaca – kemampuan memahami bacaan dan menganalisis isi.
  2. Kompetensi numerasi – keterampilan berpikir logis dan menyelesaikan masalah matematika dasar.
  3. Survei karakter – menilai nilai-nilai seperti kejujuran, gotong royong, dan kemandirian.
  4. Lingkungan belajar – mencermati bagaimana iklim sekolah mendukung perkembangan siswa.

Penting untuk digarisbawahi bahwa ANBK tidak menentukan kelulusan siswa. 

Data yang terkumpul digunakan sebagai bahan evaluasi bagi guru, sekolah, hingga pemerintah pusat agar dapat memperbaiki kualitas pembelajaran.

Bedanya ANBK dan TKA dalam Sistem Pendidikan Baru

Banyak orang tua dan siswa masih bingung membedakan ANBK dan Tes Kemampuan Akademik (TKA). 

Kedua ujian ini memang sama-sama berlangsung di tahun ajaran 2025, tetapi memiliki tujuan yang berbeda.

  1. ANBK → untuk mengukur kualitas sekolah, bukan siswa secara individu. Peserta dipilih secara acak dari kelas 5 SD, kelas 8 SMP, dan kelas 11 SMA.
  2. TKA → bersifat pilihan, mirip ujian akademik pengganti Ujian Nasional. Hasilnya dapat digunakan untuk mendukung seleksi masuk jenjang berikutnya, termasuk perguruan tinggi negeri.

Dengan demikian, ANBK bersifat evaluatif bagi sistem pendidikan, sedangkan TKA bersifat selektif bagi individu.

Mata Pelajaran dalam TKA 2025

TKA menghadirkan tantangan baru dengan format yang lebih fleksibel.

Tiga mata pelajaran wajib:

  1. Bahasa Indonesia
  2. Bahasa Inggris
  3. Matematika

Dua mata pelajaran pilihan sesuai minat:

  1. Bahasa Indonesia lanjutan
  2. Matematika lanjutan
  3. Fisika, Kimia, Biologi
  4. Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Sejarah, Antropologi
  5. Bahasa asing (Prancis, Jerman, Jepang, Mandarin, Korea, Arab)
  6. PPKN atau Pendidikan Pancasila
  7. Produk kreatif & kewirausahaan (khusus SMK)

Dengan sistem ini, siswa SMA yang bercita-cita masuk fakultas hukum bisa memilih sosiologi atau PPKN, sedangkan yang ingin kuliah kedokteran tentu akan mengambil biologi.

Ketimpangan Akses: PR Besar Pendidikan Digital

Kembali ke cerita ANBK di pemakaman Flores Timur, fenomena ini mencerminkan jurang ketimpangan digital di Indonesia. 

Di kota besar, siswa bisa dengan mudah mengakses internet stabil, bahkan dari rumah. 

Namun di pelosok, untuk sekadar mengikuti asesmen, mereka harus rela duduk di antara nisan.

Kondisi ini tidak hanya menguji kesabaran guru dan siswa, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar, apakah transformasi digital pendidikan sudah siap diimplementasikan secara merata?

Maksimus Masan Kian menegaskan, ini bukan kelemahan sekolah, tetapi keterbatasan infrastruktur.

Ia berharap pemerintah pusat segera menaruh perhatian serius pada daerah-daerah dengan keterbatasan jaringan internet.

Harapan Guru dan Siswa: Akses Internet yang Merata

David Laben Tukan, kepala SDK Lamawohong, menaruh harapan besar agar pemerintah menyediakan Wifi sekolah di daerah tanpa jaringan. 

Selain itu, kesejahteraan operator sekolah juga perlu diperhatikan, sebab merekalah ujung tombak yang memastikan kegiatan asesmen berjalan lancar.

Jika kebutuhan dasar seperti listrik dan internet terpenuhi, guru dapat fokus mendidik dan siswa bisa belajar dengan tenang, tanpa harus memikirkan lokasi ekstrem demi mencari sinyal.

Mengapa Kisah Ini Penting?

Fenomena ANBK di pemakaman bukan sekadar kisah yang menggugah emosi. 

Ia adalah alarm keras bagi sistem pendidikan nasional. 

Pendidikan digital tidak boleh hanya jadi jargon tanpa solusi nyata di lapangan.

Jika transformasi pendidikan ingin berjalan optimal, maka pemerintah perlu memastikan:

Infrastruktur internet merata hingga pelosok.

Sarana prasarana sekolah diperkuat.

Guru mendapatkan dukungan teknis yang memadai.

Siswa belajar dalam kondisi layak dan manusiawi.

Kisah anak-anak SDK Lamawohong yang mengikuti ANBK di pemakaman adalah potret nyata perjuangan pendidikan di pelosok negeri. 

Di tengah keterbatasan, semangat belajar tidak padam. 

Namun, semangat saja tidak cukup. 

Dibutuhkan dukungan nyata dari pemerintah agar setiap anak Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dengan layak.

Transformasi digital pendidikan hanya akan bermakna jika benar-benar inklusif, bukan sekadar program yang meminggirkan mereka yang berada di daerah terpencil.

(*)

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Siswa SD Kerjakan ANBK di Pemakaman karena Sekolah Tak Ada Internet, Sudah Dilakukan 3 Tahun

* Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
* Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved