SAKSI KATA

TEGAR Hidupi Lima Cucu Yatim, Nenek Norma Bertahan di Rumah Reyot Nyaris Roboh di Pontianak

Editor: Syahroni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RUMAH REOT - Kondisi rumah Nenek Norma yang hampir roboh Gang Alpokat Indah Jalur 5, Jalan Komodor Yos Sudarso, Kecamatan Pontianak Barat, Selasa 27 Agustus 2025.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Hidup di rumah reyot yang nyaris roboh, seorang nenek bernama Norma (59) tetap tegar berjuang seorang diri untuk membesarkan lima cucunya yang masih kecil.

Kelima cucu merupakan anak yatim yang kini bergantung hidup dengan sang nenek.

Gubuk panggung terbuat dari kayu lapuk itu berdiri di Gang Alpokat Indah Jalur 5, Jalan Komodor Yos Sudarso, Kecamatan Pontianak Barat, tepat di tepian Sungai Kapuas.

Kawasan ini dikenal padat penduduk dan rawan banjir akibat air pasang.

Rumah Reyot Nyaris Ambruk

Dinding dan lantai rumah Norma tampak lapuk dimakan usia.

Tiap hari ia dihantui rasa cemas karena rumah peninggalan anaknya yang sudah lebih dari 20 tahun itu bisa saja roboh kapan pun.

Baca juga: 6 Peristiwa Terpopuler Kalbar! Aksi Kalbar Merdeka, Parkir Gratis Pontianak, Nenek Korban Uang Palsu

“Ya sudah tak layak bang (rumahnya). Biarpun rumah ini buruk, kalau kita diami insya Allah tidak roboh. Kalau kita kosongkan, nanti roboh,” ujar Norma lirih saat ditemui, Selasa 26 Agustus 2025.

Meski begitu, ia tetap memilih bertahan.

Bagi Norma , punya tempat berteduh sendiri meskipun reyot tetap lebih baik daripada tidak punya rumah sama sekali.

Hidup dari Upah Seadanya

Tantangan terbesar Norma bukan hanya rumahnya yang nyaris ambruk, melainkan juga perjuangan memenuhi kebutuhan hidup kelima cucunya yang masih berusia 2 hingga 16 tahun.

Nenek Norma harus berjuang demi keberlangsunga hidup ia cucunya setiap hari.

Untuk bisa bertahan, ia bekerja serabutan dengan penghasilan tidak menentu.

Kadang membantu tetangga mencuci pakaian, kadang menjualkan barang dagangan seperti ikan asin atau kerupuk.

Baca juga: Kisah Nenek 61 Tahun di Pontianak 3 Kali Jadi Korban Uang Palsu, Kronologi Ungkap Modus Licik Pelaku

“Sehari-hari kalau ada orang minta bantuan, tak tolong nyuci ke, tak tolong apa, aku bantu. Biarpun dikasih orang dua puluh atau tiga puluh ribu, yang penting dapat beli beras untuk cucu,” tuturnya.

Sering kali, penghasilan seadanya itu tidak cukup.

Nurmah harus berlapang dada saat cucunya hanya bisa makan sekali sehari, bahkan kadang hanya minum air putih karena tidak ada susu.

“Kadang makan, kadang tidak. Kadang cucu tidak ada susu, minum air putih saja,” katanya lirih.

Harapan Besar untuk Cucu

Meski hidup dalam keterbatasan, Norma tidak pernah menyerah. 

Ia tetap berjuang dengan penuh semangat demi masa depan cucu-cucunya.

“Demi cucu ini harus kuat, biarpun apa pun risikonya. Biarpun kepala ke bawah, kaki ke atas, tetap cucu ini yang utama. Biar aku ini tidak makan, yang penting cucu aku makan,” ucapnya tegas.

Ia pun berharap sederhana: cucu-cucunya tidak merasakan penderitaan yang sama seperti dirinya.

“Nenek minta untuk cucu-cucu nenek lah. Nenek tak minta lain. Makanan kah, sembako kah, untuk cucu nenek lah. Yang penting cucu jangan kelaparan,” pungkasnya.

Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkini