Uang Palsu

Marak Uang Palsu di Pontianak, Pedagang: Kami yang Kecil Paling Sering Jadi Sasaran

Editor: Try Juliansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

UANG PALSU - suasana dagangan Ayu (46) di sekitar Taman Akcaya, pontianak Kalimantan Barat. 21 Agustus 2025. Ia mengaku pernah sering menerima uang palsu saat masih bekerja di rental PlayStation.

‎Laporan Wartawan Tribun Pontianak Faisal Ilham Muzaqi

‎TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Maraknya peredaran uang palsu di Pontianak dan sekitarnya membuat pedagang kecil merasa waswas.

‎Meski ada yang belum pernah langsung menjadi korban, tak sedikit pedagang mengaku pernah mendengar maupun menyaksikan rekannya mengalami kerugian akibat menerima uang palsu dari konsumen.

‎Nisa (27), warga Ambawang yang kini berjualan asinan Pontianak di area Taman Akcaya, menuturkan beberapa temannya yang bekerja di apotek hingga pedagang asinan pernah mendapat uang palsu. Modus pelaku, kata dia, biasanya membayar dengan tergesa-gesa agar uang tidak sempat diperiksa.

‎“Saya belum pernah mengalami, tapi teman saya pernah, yang kerja di apotek sama yang jualan asinan Pontianak juga,” ujarnya saat diwawancarai Tribun Pontianak, Kamis 21 Agustus 2025.

‎Nisa mengingatkan pedagang kecil agar lebih berhati-hati dan selalu memeriksa uang sebelum menyerahkan barang yang dibeli konsumen.

‎“Kalau antisipasi sih harus dicek dulu uangnya, jangan langsung diterima. Soalnya pedagang kecil yang paling sering jadi sasaran,” tambahnya.

‎Ia pun berharap pemerintah dan pihak terkait lebih gencar melakukan sosialisasi ke masyarakat, terutama yang tinggal di daerah pelosok, mengenai cara membedakan uang asli dengan uang palsu.

Baca juga: Pedagang Perabot Curhat Jadi Korban Peredaran Uang Palsu

‎Hal senada juga disampaikan Ayu (46), pedagang makanan yang juga berjualan di area taman akcaya. Ia mengaku pernah sering menerima uang palsu saat masih bekerja di rental PlayStation.

‎Menurutnya, peredaran uang palsu bukanlah hal baru, hanya saja kini lebih sulit dikenali karena desain dan warna uang asli yang terus berganti.

‎“Uang Rp2.000 bisa mirip dengan Rp20.000 atau Rp50.000. Itu yang bikin bingung. Kami pedagang kecil paling rugi karena harus ganti dengan uang asli,” ungkapnya.

‎Ayu berharap pemerintah maupun Bank Indonesia tidak terlalu sering mengganti desain uang.

‎“Cukup satu desain yang unik, biar masyarakat gampang kenali. Jadi tidak mudah tertipu lagi,” tegasnya. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkini