Akane tumbuh dengan kenangan perjalanan ke luar negeri, menikmati kuliner terbaik, dan kehangatan keluarga yang utuh.
“Ayah saya sangat mengutamakan keluarga, dia memasak untuk kami,” kenang Akane, dikutip dari Says.
Mereka memiliki pembantu rumah tangga, hewan peliharaan, dan suasana rumah yang selalu riang.
Kehilangan Kepala Keluarga
Kehidupan itu berubah drastis ketika sang ayah meninggal.
Saudara laki-laki dan perempuan Akane memilih pindah, meninggalkan Akane dan ibunya berdua.
Sejak saat itu, mereka merasa kehilangan arah dan kesulitan mengurus diri sendiri.
“Bukannya kami tidak ingin berubah, kami hanya tidak tahu harus mulai dari mana,” ungkap Akane.
Reaksi Publik dan Dorongan untuk Mencari Bantuan
Kisah ini memancing beragam reaksi di media sosial.
Sebagian warganet menunjukkan empati, namun banyak juga yang menyarankan agar mereka mencari bantuan profesional untuk keluar dari pola hidup yang tidak sehat.
Fenomena seperti ini kerap dikaitkan dengan kondisi psikologis tertentu, seperti hoarding disorder, di mana seseorang kesulitan membuang barang meski tidak lagi dibutuhkan.
Faktor kehilangan, trauma, dan keterikatan emosional terhadap barang menjadi pemicu yang umum terjadi.
Potret Kehidupan yang Menggambarkan Kehilangan Lebih dari Sekadar Materi
Meski dari luar terlihat seperti masalah kebersihan rumah, kisah Nachiko dan Akane sesungguhnya adalah potret kehilangan yang mendalam.