TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Siang itu, langit Georgia berubah dramatis ketika bola api melesat, meledak, lalu menghantam atap sebuah rumah di kota McDonough.
Bukan sembarang batu, meteor yang jatuh ini berusia sekitar 4,56 miliar tahun, 20 juta tahun lebih tua dari Bumi.
Pemilik rumah awalnya mengira ledakan berasal dari pohon tumbang, hingga menemukan serpihan batu luar angkasa di lantai ruang tamu.
NASA dan peneliti Universitas Georgia mengonfirmasi batu itu sebagai kondrit, jenis meteor batu paling melimpah di alam semesta.
“Meteor ini memiliki sejarah panjang sebelum akhirnya sampai di tanah McDonough,” kata Scott Harris, ahli geologi yang memimpin analisis.
Fenomena ini kini tercatat sebagai meteorit ke-27 yang ditemukan di Georgia, mengingatkan bahwa Bumi hanyalah satu titik kecil di panggung kosmik.
Dari dentuman di langit hingga penelitian laboratorium, kisah ini menyatukan rasa kagum, kejutan, dan rasa ingin tahu manusia akan asal-usul tata surya.
• Tragedi Sunyi di Sawah Klaten, 18 Nyawa Melayang Akibat Kencing Tikus
[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]
Bagaimana Meteor Ini Bisa Sampai ke Atap Rumah?
Siang itu, bola api melintas cepat di langit Georgia.
Warga yang melihatnya melaporkan ada kilatan terang, diikuti suara dentuman keras.
NASA mengonfirmasi fenomena tersebut sebagai jatuhnya meteor, yang kemudian melambat drastis namun tetap melaju sekitar 1 kilometer per detik sebelum akhirnya menghantam atap rumah di Henry County.
Tidak hanya atap yang bolong, tetapi puing-puing batu dari luar angkasa juga berserakan di dalam rumah.
Sang pemilik rumah, yang memilih untuk tidak disebutkan namanya demi privasi, mengatakan masih menemukan serpihan dan debu yang diyakini berasal dari meteor itu bahkan beberapa hari setelah kejadian.
Seberapa Tua Meteor Ini Dibandingkan Bumi?