TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Pembukaan Musyawarah Daerah (Musda) IV Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kabupaten Mempawah yang digelar di Rumah Budaya Melayu Mempawah, Rabu 30 Juli 2025, sempat diwarnai ketegangan.
Puluhan anggota Laskar Pemuda Melayu (LPM) mendatangi lokasi Musda untuk menyampaikan protes terkait mekanisme pelaksanaan yang dinilai kurang terbuka.
Massa sempat berusaha masuk ke arena Musda, namun dihadang aparat Kepolisian dan Satpol PP yang berjaga di lokasi.
Perdebatan dan diskusi panjang pun berlangsung antara perwakilan LPM dan panitia penyelenggara, sebelum akhirnya Musda kembali dilanjutkan.
Sekretaris LPM Mempawah, Mohlis Supriandi atau yang akrab disapa Mohlis Saka, menegaskan bahwa kedatangan LPM bukan untuk menggagalkan Musda, melainkan sebagai bentuk kepedulian terhadap keberlangsungan MABM.
“Kedatangan kami untuk menyampaikan aspirasi dari kawan-kawan LPM. Terima kasih karena sudah diterima panitia. Pada intinya, kami dari LPM tidak ada masalah dengan Musda. Namun, yang menjadi masalah adalah adanya pernyataan di publik dari panitia bahwa akan dilakukan pemilihan Ketua MABM,” ungkapnya.
• GAWAT! Kalbar Dikepung 416 Titik Panas, Helikopter BNPB Dikerahkan, Mempawah Paling Parah!
Mohlis menyebut bahwa kader LPM, termasuk dirinya dan tokoh pemuda Wendri, berniat maju sebagai calon Ketua. Namun, ia menilai proses penjaringan calon yang berlangsung tidak transparan.
“Berdasarkan pernyataan panitia, saya dan bang Wendri ingin maju sebagai calon. Tapi berjalannya waktu, proses itu kami anggap hanya sekadar pembicaraan tanpa ada keterbukaan. Padahal, MABM adalah majelis budaya yang terbuka bagi seluruh masyarakat. Namun selama ini, hal itu tidak dilakukan,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengkritisi bahwa selama lima tahun terakhir, MABM dinilai kurang memberikan manfaat nyata kepada masyarakat meski memiliki fasilitas gedung yang megah.
“Kami dari Laskar menganggap MABM ini sudah menjadi milik orang-orang tertentu. Itulah yang ingin kita rubah. MABM ini rumah besar bagi orang Melayu, bukan rumah orang-orang tertentu. Mari kita dewasa, buka struktur kepengurusan agar melibatkan semua pihak,” tegas Mohlis.
Ia berharap Musda IV MABM Mempawah dapat menjadi momentum kebersamaan dan keterbukaan, sehingga lembaga tersebut benar-benar bisa menjadi wadah musyawarah dan aspirasi masyarakat Melayu.
“MABM dibentuk sebagai rumah orang Melayu bermusyawarah ketika ada problem di tengah masyarakat. Karena itu, kami minta Musda ini berjalan dengan keterbukaan dan kebersamaan, agar MABM benar-benar menjadi rumah kita bersama,” tegasnya.
Dengan tercapainya kesepakatan setelah diskusi, Musda IV MABM Mempawah pun akhirnya kembali dilanjutkan sesuai agenda yang telah direncanakan. (*)
- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!