Evaluasi dan Analisa PBSI Jelang Jepang Open dan China Open 2025

Editor: Zulkifli
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

LOGO PBSI - PBSI memutar otak untuk mengangkat kembali prestasi pemain Indonesia di ajang BWF. Tedekat ada Jepang Open dan China Open 2025.

"Enam bulan ke depan kami mengirimkan atlet-atlet ke turnamen sesuai dengan kemampuan mereka dengan target yang dipasang adalah meraih gelar juara," ujarnya.

Eng Hian mengatakan kualitas para atlet utama pelatnas PBSI belum semuanya di level pemain elite.

"Menurut pelatih, atlet-atlet utama kita belum semuanya di posisi level elite. Perlu mengejar, menaikkan kemampuan baik teknik maupun fisik," tutur pelatih yang akrab disapa Koh Didi itu.

"Di ganda putra sebenarnya yang sudah mencapai level itu, tapi hasilnya baru 5 kali finalis dan memang belum sesuai harapan kita semua."

"Di tunggal putra kondisi Anthony Sinisuka Ginting menjalani penyembuhan cedera sejak awal tahun, di tunggal putri Gregoria ada kendala dengan kesehatannya."

"Di bawah mereka, kami sedang terus akselerasi untuk naik level. Alwi Farhan, Putri Kusuma Wardani dan Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu," ujarnya.

Eng Hian menegaskan kepada para pelatih untuk lebih dulu memberikan target mencapai final.

"Semua harus bisa dievaluasi secara tegas menurut saya.

Pemain yang sudah lima tahun lebih di pelatnas selain progres, harus fair dilihatnya adalah pencapaian."

"Saya menyampaikan kepada pelatih, memberikan pandangan, kenapa tidak mencoba untuk diturunkan levelnya dan diberi target podium dulu."

"Bila tidak tercapai, maka harus segera dipikirkan apa yang harus dilakukan. Ini sebagai ujian juga untuk mereka," ujar pria yang akrab disapa Koh Didi.

Baca juga: Hadiah US Open 2025 BWF World Tour Super 300: Segini Uang yang Didapat Pemain Sesuai Posisi Finish

Mantan pelatih ganda putri tersebut juga ingin mengubah kebiasaan pola pikir para atlet yang datang ke turnamen.

Koh Didi menyebutkan pemain datang ke sebuah turnamen tidak dengan mentalitas juara melainkan hanya untuk memperbaiki peringkat.

"Saya juga mau mengikis pola pikir para atlet yang datang ke turnamen untuk memperbaiki peringkat. Pola pikirnya harus diubah, ke turnamen harus berprestasi maka peringkat akan naik," ujarnya.

"Yang terpenting pelatih harus punya standarisasi dalam pengiriman ke turnamen, bagaimana persiapannya kondisinya siap atau tidak."

Halaman
123

Berita Terkini