“Kalau eskalasi konflik Israil-Iran meluas, tidak bisa dihindari harga minyak dunia akan melambung, bahkan diperkirakan bisa mencapai di atas US$ 100 per barrel,” kata Fahmy kepada Kontan, Rabu (18/6).
Bahkan, lanjut Fahmy, JP Morgan memperkirakan harga minyak dunia bisa melonjak hingga US$ 130 per barel jika eskalasi perang meluas hingga Iran menutupSelat Hormuz, yang menjadi lalu lintas pengangkutan minyak dunia.
Dalam kondisi tersebut, Pemerintah dihadapkan pada dilema dalam penetapan harga BBM di dalam negeri.
“Kalau harga BBM subsidi tidak dinaikkan, beban APBN akan membengkak,” ujar Fahmy.
Di samping itu, kenaikan harga minyak dunia akan semakin menguras devisa untuk membiayai impor BBM. Ujung-ujungnya makin memperlemah kurs rupiah terhadap dolar AS, yang sempat menembus Rp 17.000 per dolar AS.
“Kalau harga BBM subsidi dinaikkan, sudah pasti akan memicu inflasi yang menyebabkan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sehingga menurunkan daya beli rakyat dan pertumbuhan ekonomi,” ungkap Fahmy.
Menurut Fahmy, dalam kondisi ketidakpastian, Pemerintah jangan memberikan PHP (Pemberian Harapan Palsu) kepada rakyat yang dengan santai mengatakan bahwa perang Iran-Israel tidak mengganggu perekonomian Indonesia.
Pemerintah sebaiknya bersikap realistis dengan mengantisipasi penetapan harga BBM Subsidi berdasarkan indikator terukur.
“Kalau harga minyak dunia masih di bawah US$100 per barrel, harga BBM Subsidi tidak perlu dinaikkan,” tutur Fahmy.
Namun, sambung Fahmy, kalau harga minyak dunia mencapai di atas US$100 per barrel, Pemerintah tidak punya pilihan lain kecuali menaikkan harga BBM Subsidi, agar beban APBN untuk Subsidi tidak memberatkan.
Harga BBM di SPBU Subsidi Pertamina
- Pertamax (RON 92): Rp 12.100/liter turun dari sebelumnya Rp 12.400/liter
- Pertamax Green (RON 95): Rp 12.800/liter, turun dari sebelumnya Rp13.150/liter
- Pertamax Turbo (RON 98): Rp 13.050/liter turun dari sebelumnya Rp13.300/liter
- Dexlite (CN 51): Rp 12.740/liter, turun dari sebelumnya Rp 13.350/liter