Buku Sejarah Mempawah Tempo Doeloe Dibedah, Sekda Ismail: Warisan Intelektual Berharga

Penulis: Ramadhan
Editor: Rivaldi Ade Musliadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BEDAH BUKU - Sekda Mempawah, Ismail, ketika menghadiri kegiatan literasi melalui Bedah Buku Koleksi Perpustakaan Daerah Tahun 2025, yang dilaksanakan oleh Dispussip Mempawah, di Aula Gedung Wisma Chandramidi, Rabu 11 Juni 2025.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispussip) Kabupaten Mempawah kembali menggelar kegiatan literasi melalui Bedah Buku Koleksi Perpustakaan Daerah Tahun 2025, yang berlangsung di Aula Gedung Wisma Chandramidi, Rabu 11 Juni 2025.

Buku yang menjadi objek bedah kali ini adalah "Sejarah Mempawah Tempo Doeloe" karya almarhum Ellyas Suryani Soren, seorang tokoh lokal yang dikenal sebagai budayawan, seniman, dan pegiat literasi.

Kegiatan ini dihadiri Sekretaris Daerah Kabupaten Mempawah Ismail yang mewakili Bupati Mempawah, Kepala Dispussip Nurmala, Staf Ahli Bupati, Kepala Dinas Kominfo Rudi, Kepala BPKAD, para narasumber, serta 62 peserta dari kalangan pelajar SMA sederajat dan mahasiswa di Kabupaten Mempawah.

Dalam sambutannya, Sekda Ismail, menyampaikan kegiatan bedah buku adalah salah satu bentuk nyata membangun kecerdasan literasi masyarakat.

“Hari ini, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan kembali menyelenggarakan kegiatan bedah buku sebagai upaya meningkatkan budaya membaca dan berpikir kritis,” ujarnya.

Dispussip Mempawah Gelar kegiatan Bedah Buku Sejarah Mempawah Tempo Doeloe

Ia menyatakan apresiasi yang tinggi terhadap buku Sejarah Mempawah Tempo Doeloe, karena memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi bagi masyarakat Kabupaten Mempawah.

“Buku ini bukan hanya catatan sejarah, tetapi juga warisan intelektual dari seorang tokoh lokal, almarhum Ellyas Suryani Soren. Sosok sederhana namun cerdas, penuh kepedulian terhadap budaya dan sejarah daerahnya," ujar Ismail.

"Karya-karya beliau sangat layak menjadi referensi sejarah yang dapat digunakan oleh generasi sekarang maupun yang akan datang,” lanjutnya.

Menurut Ismail, hanya sedikit masyarakat yang mampu menuangkan sejarah lokal menjadi sebuah tulisan utuh yang dapat dibaca dan dipelajari banyak orang.

"Oleh sebab itu, buku-buku seperti ini harus terus dijaga, diterbitkan kembali secara berkala, bahkan dapat dijadikan bahan ajar di sekolah-sekolah dasar dan menengah," katanya.

Ia juga menyampaikan harapan besar agar dari kegiatan ini akan lahir lebih banyak karya tulis dari anak-anak daerah yang mengangkat tema kearifan lokal dan sejarah Mempawah.

“Kita tidak ingin generasi muda kehilangan jejak literasi sejarahnya. Budaya, adat istiadat, dan perjalanan kehidupan masyarakat Mempawah harus terus diabadikan dalam tulisan,” tegasnya.

Ismail juga menambahkan kegiatan literasi seperti bedah buku ini tidak hanya mengasah kemampuan akademik, tetapi juga emosional dan sosial, karena mendorong empati dan kecintaan terhadap sejarah serta budaya lokal. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkini